Search This Blog

06 November, 2011

Hukum Meng-qadha Shalat

Shalat fardhu atau Shalat lima waktu wajib dilaksanakan tepat pada waktunya, berdasarkan firman Allah SWT, “Sesungguhnya Shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisaa’: 103).

Oleh karena itu, barangsiapa mengakhirkannya dari waktu yang telah ditentukan tanpa ada halangan (uzur), maka ia berdosa. Tetapi, jika dia mengakhirkannya karena suatu halangan, tidaklah berdosa. Halangan-halangan itu ada yang dapat menggugurkan kewajiban Shalat sama sekali dan ada pula yang tidak menggugurkannya sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan berikut.

Hal-Hal yang Menggugurkan Shalat Ada sejumlah halangan atau uzur yang dapat menggugurkan Shalat dari seseorang, yaitu :

1. Haid dan Nifas Wanita yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan menunaikan Shalat. Juga tidak wajib mengqadha Shalat-Shalat yang ditinggalkan di saat haid dan nifas tersebut, sekalipun dia harus mengqadha puasa. Hal ini berdasarkan sabda Rasul saw kepada Fatimah binti Abi Hubaisy, “Jika tenyata darah yang keluar itu haid, maka hentikanlah Shalat.”

2. Gila Kewajiban Shalat itu gugur dari orang gila yang terus-menerus. Namun, orang gila yang kumat-kumatan, ketika sadar wajib mengerjakan Shalat. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Beban taklif itu diangkat (oleh Allah) dari tiga golongan: orang tidur sampai bangun, anak kecil sampai ia baligh, dan orang gila sampai dia sadar kembali.” (HR Ahmad, Ashabus Sunan, dan Hakim).

3. Pingsan. Kewajiban Shalat akan gugur dari orang yang pingsan jika pingsannya berlangsung dalam dua waktu Shalat yang bisa dijamak, seperti seseorang pingsan sebelum masuk waktu Dzuhur sampai dengan matahari terbenam.

4. Murtad Seseorang yang murtad (keluar dari Islam) kemudian masuk Islam kembali, maka hukumnya sama dengan orang kafir asli, yakni dia tidak wajib mengqadha Shalat. Tetapi, menurut ulama Syafi’i ia wajib mengqadha semua Shalat yang ia tinggalkan ketika murtad sebagai hukuman kepadanya.

Hal-Hal yang Membolehkan Mengakhirkan Shalat 1. Tidur 2. Lupa

Dalil Hadits: Adapun halangan yang membolehkan seseorang mengakhirkan Shalat dari waktunya, dan tidak berdosa karenanya ialah tidur, lupa, dan lalai. 1. Diterima dari Abu Qatadah, para sahabat menceritakan kepada Rasulullah saw perihal tidur mereka yang menyebabkan tertunda Shalatnya, maka Rasul bersabda, “Sesungguhnya tidaklah termasuk keteledoran karena tidur, tetapi keteledoran itu di waktu terjaga. Karena itu, jika seseorang di antaramu lupa Shalat atau tertidur hingga meninggalkan Shalat, hendaklah ia melakukannya bila telah ingat atau sadar kembali.” (HR Nasa’i dan Timidzi seraya menyatakannya sebagai hadis yang sahih).

2. Dari Anas ra, Nabi saw bersabda, “Barangsiapa lupa mengerjakan Shalat, hendaklah mengerjakannya bila telah ingat, dan selain itu tidak ada kewajiban kaffarat yang lain.” (HR al-Khamsah/lima imam hadis).

3. Dalam sebuah riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, “Bila seseorang di antaramu tertidur hingga meninggalkan Shalat atau lupa mengerjakannya, hendaknya ia mengerjakannya jika telah ingat, karena Allah berfirman, ‘dan dirikanlah Shalat untuk mengingat Aku’.” (Thaha: 14).

4. Dari Abu Qatadah ra, “Pada suatu malam kami bepergian bersama Rasulullah saw, salah seorang di antara kami berkata, ‘Tidakkah lebih baik kita beristirahat ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Saya khawatir kalian akan tertidur sehingga meninggalkan Shalat’. Bilal berkata, ‘Saya akan membangunkan kalian,’ Kemudian tidurlah semuanya. Sementara itu, Bilal menyandarkan punggungnya pada kendaraannya dan nampaknya ia tidak kuat menahan kantuk hingga akhirnya ia tertidur. Kemudian Nabi saw bangun di saat matahari telah naik tinggi, maka beliau bersabda, ‘Hai Bilal mana janjimu?’ Sungguh, saya tak pernah mengalami seperti ini’, jawab Bilal. Nabi bersabda lagi, ‘Allah mencabut roh-roh kalian kapan saja Dia mau, Dia akan mengembalikannya kepadamu kapan saja Dia mau. Hai Bilal, berdirilah dan serukanlah azan Shalat untuk orang banyak’. Kemudian, beliau berwudhu. Ketika matahari telah tinggi dan bersinar terang beliau Shalat dengan berjama’ah bersama mereka.” (HR al-Khamsah, dan redaksi ini adalah redaksi Bukhari dan Nasa’i). Menurut riwayat Ahmad orang-orang berkata, “Ya Rasulullah, tidakkah sebaiknya Shalat ini kita kerjakan besok pada waktunya?” Rasul menjawab, “Bukankah Allah telah melarangmu melakukan riba lalu akan menerimanya darimu?”

Qadha lewat waktunya krn uzur: tidur atau lupa Apabila seseorang mengakhirkan Sholat hingga lewat waktunya, kerana uzur seperti tidur atau lupa, maka wajiblah baginya untuk men-qadla Sholat yang ditinggalkan tesebut. Dan apabila ia meninggalkan Sholat dengan sengaja dan tanpa uzur, maka itu termasuk perbuatan ma’siat, dan wajib baginya meng-qadla Sholat tersebut dan bertaubat.

Dalam sebuah hadist riwayat Muslim, dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda :”Barang siapa tertidur dan meninggalkan Sholat, maka hendaklah ia bergegas Sholat ketika ingat”. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.: Bahwasanya Rasulullah SAW ketika kembali dari peperangan Khaibar, berjalan pada malam hari bersama para sahabat, dan ketika beliau merasakan kantuk, memerintahkan para sahabat untuk berhenti dan beristirahat dan berkata pada Bilal “Berjaga-jagalah malam ini”, kemudian Bilal shalat beberapa rekaat dan berjaga-jaga. Rasulullah SAW tertidur bersama para sahabat, dan ketika mendekati waktu fajar, Bilal bersandar pada kuda tunggangannya sambil menghadap pada arah fajar, Bilal merasakan kantuk dan akhirnya tertidur, tak satupun dari para sahabat terbangun hingga panas matahari mengenai mereka, yang pertama kali bangun adalah Rasulullah SAW, terkejut dan berkata pada Bilal, “Hai Bilal”, kemudian Bilal menjawab “telah menimpa padaku seperti yang menimpa padamu ya Rasul”(kantuk). Kemudian Rasulullah SAW berkata pada para sahabat “Tambatkan tunggangan kalian”, kemudian para sahabat melakukannya. Rasulullah SAW berwudlu dan memerintahkan pada Bilal untuk beriqomat, kemudian Rasulullah bersama para sahabat shalat (qadla) berjamaah dan ketika selesai shalat Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa lupa mengerjakan shalat, maka kerjakanlah shalat ketika Ia mengingatnya, dan sesungguhnya Allah SWT telah berfirman “Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku”.

Wajib qadla shalat yang ditinggalkan Ini Menurut Pendapat empat mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali dan berdasarkan perintah dan tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. Pandangan yang mengatakan tidak wajib qadha’ adalah pendapat Imam Ibn Taymiyah, Ibn Hazmin, ia juga diamalkan oleh Umar bin Khattab, Ibn Umar, Umar abd Aziz, Ibn Sirin, dan lain-lain. Hujah mereka: Islam telah mewajibkan solat dan tidak boleh menangguhkannya walaupun sakit, musafir dalam peperangan; ditegaskan oleh Imam Ibn Taymiyah tidak boleh mengqadha’ solat yang tertinggal, cukup dengan taubat dan solat sunat yang banyak untuk menggantikannya.

Orang-orang yang mewajibkan qadha’ berhujjah bahwa jika qadha’ ini diwajibkan atas orang yang lupa dan tertidur, yang keduanya di ma’afkan, maka kewajibannya atas orang yang tidak dima’afkan dan orang yang durhaka jauh lebih layak. Disamping itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat pernah shalat Ashar setelah masuk waktu Maghrib pada perang Khandaq. Sebagaimana yang diketahui, mereka tidak tertidur dan tidak lupa, meskipun sebagian di antara mereka benar-benar lupa, tapi toh tidak mereka semua lupa. Yang ikut mendukung kewajiban qadha’ ini ialah Abu Umar bin Abdul-Barr.

Tidak Mewajibkan Qadha bagi yg menunda shalat dg sengaja Golongan Zhahiriyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Di dalam kitab Ash-Shalat, Ibnul Qayim menyebutkan berbagai macam dalil untuk menolak alasan yang tidak sependapat dengannya. Di antaranya ialah apa yang dapat di pahami dari hadits ini, bahwa sebagaimana yang dituturkan, kewajiban qadha’ ini tertuju kepada orang yang lupa dan tertidur. Berati yang lainnya tidak wajib. Perintah-perintah syari’at itu dapat dibagi menjadi dua macam : Tidak terbatas dan temporal seperti Jum’at hari Arafah. Ibadah-ibadah semacam ini tidak diterima kecuali dilaksanakan pada waktunya. Yang lainnya ialah shalat yang ditunda hingga keluar dari waktunya tanpa alasan.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Barangsiapa mendapatkan satu raka’at dari shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapatkan shalat Ashar”, sekiranya shalat Ashar itu dikerjakan setelah Maghrib, justru lebih benar dan mutlak, tentu orangnya lebih mendapatkan shalat Ashar, baik dia mendapatkan satu raka’at atau kurang dari satu raka’at atau dia sama sekali tidak mendapatkan sedikitpun darinya. Orang-orang yang berperang juga diperintahkan shalat, meski dalam situasi yang genting dan rawan. Semua itu menunjukkan tekad pelaksanannya pada waktunya. Sekiranya di sana ada rukhsah, tentunya mereka akan menundanya, agar mereka dapat mengerjakannya lengkap degan syarat dan rukun-rukunnya, yang tidak mungkin dapat dipenuhi ketika perang sedang berkecamuk. Hal ini menunjukkan pelaksanaannya pada waktunya, di samping mengerjakan semua yang diwajibkan dalam shalat dan yang disyaratkan di dalamnya.

Ibnu Taimiyah: Tidak wajib qadha bg yg sengaja meninggalkan shalat Uraian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang masalah ini disampaikan di dalam ‘Al-Ikhiyarat’. Dia berkata, “Orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, tidak disyari’atkan qadha’ bagi dirinya dan tidak sah qadha’nya. Tapi dia harus memperbanyak tathawu’. Ini juga merupakan pendapat segolongan orang-orang salaf seperti Abu Abdurrahman rekan Asy-Syafi’i, Daud dan para pengikutnya. Tidak ada satu dalil pun yang bertentangan dengan pendapat ini dan bahkan sejalan dengannya. Yang condong kepada pendapat ini ialah Syaikh Shiddiq hasan di dalam kitabnya, ‘Ar-Raudhatun Nadiyyah’.

Cara Mengerjakan Shalat Qadha Barangsiapa tertinggal mengerjakan Shalat, maka wajib mengqadhanya sesuai dengan cara dan sifat-sifat Shalat yang tertinggal itu. Jika seorang musafir yang menempuh jarak qashar tertinggal Shalat yang empat rakaat, ia mengqadhanya dua rakaat, sekalipun dikerjakan di rumah. Tetapi, menurut ulama Syafi’i dan Hanbali, dalam keadaan terakhir ini, ia mengqadhanya empat rakaat, sebab hukum asal Shalat adalah itmam (menyempurnakan Shalat empat rakaat). Karena itu, ketika di rumah, Shalat dengan itmamlah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, jika seorang mukmin tidak dalam perjalanan (di rumah) tertinggal Shalat yang empat rakaat, maka ia harus mengqadhanya empat rakaat pula sekalipun dikerjakan dalam perjalanan. Demikian juga, jika ia tertinggal Shalat sirriyyah (yang bacaannya pelan) seperti Dzuhur, maka di waktu mengqadhanya harus secara sirri pula, sekalipun dikerjakan di malam hari. Sebalikmya, jika ia tertinggal Shalat Jahrriyyah (yang bacaannya keras) seperti Shalat Subuh, maka mengqadhanya pun harus keras pula, sekalipun dikerjakan di siang hari. Akan tetapi, menurut ulama Syafi’i yang menjadi patokan adalah waktu di mana qadha itu dilaksanakan. Jadi, seandainya qadha itu dilaksanakan pada malam hari, maka bacaannya harus dikeraskan, sekalipun yang diqadha itu Shalat sirriyyah. Dan sebaliknya, jika di siang hari maka bacaan Shalat harus dipelankan walaupun yang diqadhanya itu Shalat jahriyyah.

Dalam mengqadha Shalat yang tertinggal (Shalat faa’itah) hendaknya diperhatikan tertib urutannya satu dengan yang lain. Qadha Shalat Subuh dikerjakan sebelum qadha Dzuhur, dan qadha Dzuhur sebelum Shalat Ashar. Di samping itu, hendaklah diperhatikan pula urutan Shalat faa’itah dengan Shalat pada waktunya (Shalat haadhirah). Maka, apabila Shalat faa’itah itu kurang dari lima waktu atau hanya lima waktu, Shalat haadhirah tidak boleh dikerjakan dulu sebelum Shalat faa’itah dikerjakan dengan tertib, selama tidak dikhawatirkan habisnya waktu Shalat haadhirah.

Dari Ibnu Mas’ud berkata, “Ketika Perang Khandaq kaum musyrikin terlalu menyibukkan Rasulullah sampai-sampai empat Shalat tertinggal, dan waktu pun telah larut malam sejalan dengan kehendak Allah. Kemudian, beliau menyuruh Bilal untuk menyerukan azan. Bilal pun menyerukannya lalu membacakan iqamah, maka beliau Shalat Dzuhur, lalu berdiri lagi dan mengerjakan Ashar, berdiri lagi mengerjakan Shalat Maghrib, kemudian berdiri lagi untuk mengerjakan Shalat Isya’.” (HR Tirmidzi dan Nasa’i. Peristiwa ini terjadi sebelum ada perintah Shalat Khauf).

Ulama Hanafi berpendapat, jika seseorang setelah mengerjakan Shalat haadhirah teringat akan Shalat faa’itah yang belum dikerjakannya, batallah Shalat haadhirahnya. Orang itu harus mengerjakan Shalat faa’itah dulu dan setelah itu mengulangi Shalat haadhirah. Namun, menurut ulama yang lain, ia tidak harus mengulangi Shalat haadhirah. Sedang menurut ulama Maliki, sunnah mengulangi lagi Shalat haadhirah setelah mengerjakan faa’itah.

Jika Shalat faa’itah itu enam waktu atau lebih, maka dalam mengerjakannya tidah harus tertib, boleh dikerjakan sebelum Shalat haadhirah ataupun sesudahnya.

Mengqadha Shalat boleh dilakukan setiap saat, kecuali pada tiga waktu yang dilarang Shalat, yaitu ketika matahari terbit, matahari berada tepat di tengah langit (waktu istiwa’), dan ketika matahari terbenam. Juga dalam satu waktu boleh mengqadha beberapa Shalat yang tertinggal, sebab pengertian qadha adalah melakukan Shalat yang telah lewat waktunya.

Mengqadha Shalat wajib dilakukan dengan segera, baik Shalat itu tertinggal karena sesuatu uzur yang tidak menggugurkan kewajibannya ataupun tanpa uzur sama sekali, dan qadha ini tidak boleh ditunda-tunda kecuali ada halangan mendesak seperti bekerja untuk mencari rezeki dan menuntut ilmu yang wajib ‘ain baginya, begitu juga makan dan tidur. Dengan hanya mengqadha Shalat bukan berarti seseorang telah bebas dari dosa (karena menunda Shalat tanpa uzur), tetapi ia masih harus bertaubat, sebagaimana taubat tidak bisa menggugurkan kewajiban Shalat, namun harus disertai mengqadha pula. Hal ini karena salah satu syarat bertaubat adalah menghilangkan perbuatan dosa, sedang orang yang bertaubat tanpa mengqadha belum berarti ia telah menghilangkan perbuatan dosa tersebut.

Barangsiapa tertinggal sejumlah Shalat, tetapi ia lupa atau tidak tahu persis berapa jumlahnya, maka ia harus mengerjakan qadha sampai merasa yakin bahwa kewajibannya telah terpenuhi.

Qadha tidak wajib bagi yg haid Sholat yang ditinggalkan karena Haid tidak wajib diqadla. Definisi Ada’ adalah menjalankan ibadah di dalam waktunya. Sedangkan Qadla adalah menjalankan ibadah setelah lewat waktunya.

sumber : http://almanaar.wordpress.com


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1150394414051160"
     crossorigin="anonymous"></script>

02 August, 2011

Thuma’ninah? wajib ya ??

Eh brow, sebagai orang yang beriman dan mengakui keimanan, kita pasti mengerjakan shalat donk. gimana shalat loe ? bagus gak ? tau gak kalau ada lho shalat yang tidak diterima. Kira-kira shalat loe gimana ?
emang sih masalah diterima ato tidaknya shalat kita, itu menjadi hak Allah. Tapi alangkah baiknya kita berupaya menyempurnakan dulu-lah shalat kita sesuai dengan yang dicontohkan idola kita Muhammad saw. sebenarnya, kita juga sering ngelakuin kesalahan lho dalam melaksanakan shalat. kita kan sering tu shalat kilat khusus. 1 menit 2 rakaat slese. ntah apa yang dibaca dan gimana caranya. yang penting selesai. Cepet lagi. wah. hebat loe. tapi masalahnya gimana kualitas shalat loe?
Tu dia salah 1 kesalahan kita ketika shalat. Apa coba? Kita sering tergesa-gesa dalam melaksanakan shalat terutama waktu rukuk, bangkit dari rukuk, sujud dan duduk diantara dua sujud. Tahu bagaimana yang seharusnya ?
Gue dapat bocoran nih gimana yang seharusnya. Cara shalatnya Rasul. Jangan tanya “emangya loe naik mesin waktunya doraemon dan kembali ke jaman Rasul ?” gue jitak loe kalo tanya gitu. Haditsnya banyak juga. Makanya baca...
Gini nih, ruku, sujud, dan duduk antara dua sujudnya Rasulullah saw, jika ia bangkit dari ruku’, hampir sama.” Tu HR Bukhari lho. Muslim juga. He…he…
Nah, tu dari lamanya antara ruku’, bangkit dari ruku’, sujud, dan duduk diantara dua sujud hampir sama lamanya. Kalau shalat kita gimana ? dah gitu belum ? 1 dulu tu. Masalah lamanya aja ada yang gak sesuai kan? Rata-rata kalau bangkit dari ruku’ pada kayak per (baca : pegas). Bangkit trus langsung sujud. Ya gak ? hayo….ngaku aja deh.
Yuk kita bahas satu per satu.

1. Ruku’
Ruku’ dulu ya. Biar urut. He…he… gimana ruku’ yang seharusnya ? jangan bingung brow. Rasul kan pernah memerintahkan. Tu dalam hadits beliau ada kok. Kira-kira gini artinya “apabila kamu ruku’, maka letakkanlah kedua telapak tanganmu diatas kedua lututmu, dan luruskan punggungmu dan sempurnakan ruku’mu.” (HR Ahmad dan Abu Daud) shahih lho. Gimana ? dah benar belum ?
Gak cuma memerintahkan lho. Tapi Rasul juga mencontohkan dengan cara shalat beliau. “dari aisyah nih berkata.” Apabila Rasullullah saw ruku’, tidak terlalu membungkukkan atau menaikkan punggungnya, namun diantara kedua posisi itu (yaitu lurus)”( HR Muslim)
Lurus brow lurus…. Dah lurus belum tu punggung loe kalo lagi ruku’? kalau belum yakin, latihan aja dulu. Minta teman mengukur kelurusan punggung loe dengan penggaris. Ha…ha….
Udah. Gak usah banyak-banyak. Kita bahas kesalahan yang sering kita lakukan aja. Ok ?
2. Bangkit dari ruku’
Nah, habis ruku’, sekarang giliran bangkit dari ruku’. Sering nih kesalahan disini. Bangkit dari ruku’, baru beberapa detik ,eh dah turun sujud. Pernah gak baca sebuah hadits dari Anas: “jika Rasulullah mengucapkan kalimat “sami’allahu liman hamidah”, beliau berdiri hingga kami beranggapan bahwa beliau sedang berfikir kemudian beliau lalu sujud, lalu duduk antara dua sujud, sampai kamipun berkata dalam hati beliau tengah berhayal. (HR Muslim, Ahmad dan Abu Daud). Huff…lama brow. Sampai dikira ada yang dipikirin.
Gak seperti yang seperti kita lakukan ya. Kita kan jaman modern. Jadi biasalah kilat khusus or ekspress. Gitu ya ? gak boleh gitu ah. Musti ikutin contohnya donk. Shalat yang paling bener kan shalatnya rasul. Jadi musti ikuti cara rasul donk. Ya gak ? yang bilang “gak”, bukan friend gue. Pergi sana loe. He…he…. Just kidding. Piss man….
Lanjut yuk. Bagaimana posisi yang benar ketika I’tidal ? masalah ini, diperintahkan tu oleh Rasul. Kira-kira gini artinya “jika kepala diangkat, maka angkat pula tulang punggungmu, dan angkat pula kepalamu agar tulang-tulang atau sendi-sendi kembali pada posisi semula.” Dan dikatakan “tidak sempurna shalat siapapun jika tidak melakukan itu.”(Muttafaq ‘alaih). Busyet !!! muttafaq’alaih coy. Coba praktek. Harus bisa lho. Karena kalau gak gitu, ntar shalat kita gak diterima lho. Mau shalat tapi gak diterima ?
Dah caranya dulu aja yang dibahas. Masalah bacaannya gimana, jadi PR tu buat loe semua. Ha…ha…. (pelit bener sih kak, gak sekalian) hayo…mikir gitu kan ? ha..ha…
3. Sujud dan Duduk diantara dua sujud
“Bersujudlah sehingga engkau berthuma’ninah dalam sujud, dan bangunlah dari sujudmu sehingga engkau berthuma’ninah dalam duduk.”(Muttafak’alaih). Coy, gimana nih shalat kita. Dah seperti itu pa belum? Semuanya diperintahkan thuma’ninah. Padahal itu yang sering gak kita lakukan. Parahnya lagi. Ternyata hal itu diperingatkan Rasul dalam haditsnya “Allah Azza wa Jalla tidak melihat shalat seseorang yang tidak meluruskan tulang punggungnya saat ruku’ dan sujud” (HR Ahmad, Ath Thabrani, Ibn khuzaimah, Al Humaidi, Abu Daud, At Tirmidzi, Ibn Majah,) waduh. Rombongan nih rowinya. Tambah serem nih.
Kalau pengen tahu, sebenarnya masih banyak lho kesalahan yang kita lakukan dalam melaksanakan shalat. Cuman, gimana.ya? itu dulu aja deh. Jadi buku ntar kalau dibahas semua. Jadi, gak usah semua. Dah banyak kok buku yang ngebahas tata cara shalat yang bener. Disertai dasar hadits dan pembahasannya lho. Kalo gue belum kompeten dibidang itu. So, itu dulu aja. Sedikit aja yang penting dilaksanakan. Thuma’ninah dalam shalat yang sering kita tinggalkan, mulai sakarang kita terapkan lagi. Kan udah tahu.
Dah intinya itu aja. Gak boleh buru-buru kalau lagi shalat. Yang tenang and thuma’ninah. Ok brow… udah ya. CU

"Kawah Pendadaran", Ramadhan

“Ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa” ups…nyanyi hehe... Lagu lama tapi masih enak didenger. Pernah kita berfikir seperti itu ?

Kebetulan sekarang bulan ramadhan telah tiba. Disadari atau tidak,kita sebagai orang beriman telah masuk dalam bulan diklat. Bulan pendadaran bagi umat muslim agar menjadi orang yang bertakwa sesuai dengan firman Allah swt “ …. Agar kamu bertaqwa”(QS Al Baqarah :183)

kenapa bisa demikian ? Sebenarnya ada apa sih dengan puasa Ramadhan sehingga Allah memfirmankan dengan berpuasa itu kita bisa jadi orang bertaqwa? yuk kita bahas sedikit tentang hal ini.

1. Sahur.

Sahur ? ada apa dengan sahur ? makan tengah malam. Enak-enaknya tidur. Iya itu dia maksudnya. sahur itu kita lakukan pada tengah malam. Tepatnya pada waktu sebelum fajar. Disitulah salah satu waktu yang tepat untuk shalat malam.

Sadar atau tidak, selama sebulan kita bangun malam-malam untuk makan, agar kuat berpuasa pada siang harinya. Pastinya kita bangun donk. Kita melakukakannya karena kita butuh. kita melakukannya walau waktu makan masih melek-merem. Kadang ayam gorengpun gak terasa nikmatnya. Ya gak brow ? Ha…ha… (pengalaman pribadi nih. ^_^ )

Dari situ kita berlatih untuk tebiasa bangun tengah malam untuk qiyamullail. untuk bermunajat kepada Allah, memohon ampun kepada Allah. Yuk sejenak kita berandai-andai, seandainya kita tahu besok kita akan mati. Pasti kita gak bisa tidur. Dan bisa jadi malamnya bahkan 1 bulan atau 1 tahun sebelumnya kita rajin banget beribadah dan memohon ampun kepada Allah. Ya gak ? bahkan tiap malam kita tidak pernah meninggalkan qiyamullail dan memohon ampun kepada Allah. Kenapa ? karena kita butuh. Ya gak ? udah deh jujur aja. Pergi sama siapa loe kemaren? (apa hubungannya coba ? he…he..)

Udah ah. balik lagi ke bahasan. Nah, sama halnya. Selama ramadhan kita selalu bangun tengah malam untuk makan sahur. Kita dibiasakan untuk bangun jam sekian untuk bisa terbiasa bermunajat kepada Allah karena pada dasarnya kita`butuh. Dan waktu 1 bulan harusnya cukup bagi diri kita untuk membiasakan yang demikian. Kalau kita tebiasa shalat sunah seperti itu, tentunya shalat wajib dah beres donk. Gak bolong-bolong.

2. Menahan diri

Nah, berikutnya, selama kita`berpuasa, kita dilarang untuk makan, minum, berkumpul dengan suami/istri pada siang hari. Harusnya kita berfikir donk kenapa demikian ? kita lihat. Ketika kita berpuasa, kita dilarang dilarang makan, minum, bercampur antara suami/istri. Padahal itu semua halal untuk kita. halal disini berdasarkan berbagai kriterianya lho. Baik halal dari zatnya, cara mendapatkannya, pengolahnya, maupun berdasarkan bagaimana kita menggunakannya. Semua halal. Lalu, kenapa kita dilarang demikian ? padahal kan halal.

Nah, kalau dipikir-pikir nih, ketika pada bulan Ramadhan, tepatnya pada waktu puasa kita dilarang untuk makan, minum dan segala hal yang membatalkannya, kita pasti kuat donk. Kita mampu meninggalkan semua itu sampai hal itu diperbolehkan lagi. Ya kan ? kalau bilang gak, berarti puasanya sering bolong nih. Ha…ha… malu donk dah gede puasanya bolong-bolong. Apalagi mengaku beriman. Hiii……

Nah kalau untuk yang halal dilarang kita mampu meninggalkannya, pastinya untuk yang haram kita akan lebih mampu meninggalkannya kan ? padahal Allah tidak akan melarang suatu hal, kecuali ada kemudharatan dalam hal tersebut. Ya kan ? nah lho, dan itu kita lakukan selama sebulan penuh, dan kita mampu meninggalkan yang halal. Waktu sebulan pastinya cukup untuk membiasakan diri kita dalam meninggalkan hal yang demikian. Santai aja. Adakalanya kita boleh melakukan semuanya kok. Gak ada larangan lagi untuk makan ini itu atau melakukan ini-itu. Semuaaaaanya boleh. Kapan itu ? besok kalau kita dah masuk surga. Ha…ha… aamiiiin…

Intinya, pada bulan ramadhan ini kita dilatih untuk meninggalkan segala hal yang haram melalui meninggalkan hal yang halal. Kalau hal ini tertanam dalam diri kita, insyaallah kita akan menjadi orang yang bertakwa karena kita tidak akan pernah menyentuh hal-hal yang diharamkan. Aamiiiin…

3. Tarawih

Tarawih brow. Ada apa coba dengan tarawih. Shalat sunah yang dilakukan selama bulan Ramadhan. Sebuah fenomena menarik gue lihat selama bulan ramadhan. Orang yang pada bulan selain ramadhan biasanya gak pernah nyentuh masjid untuk shalat wajib berjama’ah, pada bulan Ramadhan pada nongol di masjid untuk melakukan shalat berja’amaah. Sampe-sampe gak muat tu masjid buat jama’ah. Sampe shalat diluar tu jama’ahnya. Tu ditempat gue lho. Di tempat loe gimana ? Gitu juga gak.

Kita layak bersyukur bahwa mereka mau ke masjid untuk shalat berjama’ah. Sayangnya cuma sebagian yang bisa istiqomah. Nah, tugas para khotib dan umat muslim lainnya tu untuk membuat mereka istiqomah agar sampai seterusnya mau shalat berjama’ah di masjid gitu. Biar setelah ramadhan masjid tetap penuh dengan jama’ah yang shalat disitu. Kalau untuk shalat sunah gitu masjid ramai luar biasa, kenapa untuk shalat wajib tidak bisa demikian ?

Seperti biasalah, pembiasaan selama bulan ramadhan harusnya cukup untuk membisakan diri kita melakukan shalat jama’ah seperti kita shalat jama’ah waktu di bulan Ramadhan. Padahal shalat wajib berjama’ah lebih utama. Ya kan ? wajib lagi. Hayo loch..

4. Zakat fitrah.

“lapar mengajarmu rendah hati selalu.” Ups nyanyi lagi. Sorry brow, lagi pengen nyanyi. He..he…

Lanjut yuk bahas. Nah, selama kita puasa,kita pasti lapar, haus, de el el yang gak enak lah initinya. Yak an? Kadang badan kita gemetaran karena lapar. Waktu sore, ada tetangga masak, baunya sampe dihidung kita. Aduhhhh… mantaps, pengen gak brow ? ngiler deh. Ha…ha…

Pernah berfikir, ketika hari-hari biasa, ada banyak orang-orang yang merasakan kelaparan seperti itu. Kadang nasi basipun masuk buat ngilangin lapar. Ada kan ? nah, bagaimana rasanya ? kita enak lho merasakan yang demikian cuma sampe petang. Habis itu, enak lagi. Nah mereka gimana ? kadang bertahun-tahun merasakan yang demikian.

Kalau hati kita terbuka, kita pastinya memiliki rasa iba dan ingin membantu mereka dengan memberikan bantuan semampu kita. Nah, klau sekarang beda ceritanya. Kita memberikan bantuan bukan semampu kita, tapi semau kita. Ya gak ?

Sering kan dalam hati kita merasa sayang dan berat untuk memberikan harta kita untuk orang lain ? nah pada akhir bulan Ramadhan ini kita dilatih untuk mengeluarkan sebagian harta kita untuk membantu orang lain. Ya gak? coba bandingin, banyaknya sadaqah pada waktu ramadhan dan bulan-bulan yang lain kan beda jauuuuuh banget. Nah disitulah letak pembiasaan kita. Setelah kita sering memohon ampun, berlapar-lapar ria, hingga kasih sayang kita pada sesama yang dilatih dengan merelakan sebagian harta kita untuk sesama berupa kewajiban mengeluarkan zakat fitrah maupun zakat maal. Dan kalau hal kepedulian kepada sesama ini terus tertanam dalam diri setiap orang di dunia, maka, insyaallah tidak akan ada lagi umat manusia yang mengalami kelaparan seperti yang banyak terjadi sekarang ini. Dna kemakmuran akan merata meliputi semua umat manusia di dunia.

Itulah Islam bagi orang-orang yang beriman, dan berfikir. Syariat Islam memang merupakan rohmatallil’alamin. Rahmad bagi alam semesta. Namun sayangnya, kita sebagai umat muslim, kurang mampu untuk melaksanakan hal-hal tersebut. Huf….pengen nangis deh. Sebenanrnya masih banyak sih yang mo dibahas. Dari tadarus/ tilawah yang dilakukan selama ramadhan, menjaga ucapan selama berpuasa, de el el.Tapi, Udah aja ah. Besok lagi aja. Ok? Sabar ya brow ?

26 July, 2011

Ngabuburit enaknya ngapain ya ??

Ngabuburait, enaknya ngapain ya ??? tu salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan. ada juga yang malu dan tidak bertanya. akhirnya, gak jelas apa yang mo dilakuin dan blangsak dah tuh. nongkrong dipinggir jalan, tiduran, males-malesan, etc lah yang notabenya gak ada gunanya. ada pepatahnya tu. "malu bertanya, sesat di jalan" banyak bertanya, malu-maluin. ha...ha.... becanda brow.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan selama ngabuburit/ menanti saat berbuka puasa, yah daripada bengong gak jelas. lumayan dikit-dikit.

1. Menyibukan diri dalam tholabul ilmi, tilawah al Qur’an dan dzikir

intinya menyibukkan diri aja dah. Denngan kegiatan yang positif Kalau kita duduk termenung menanti buka puasa dan menghitung waktu detik demi detik, kita cuma denger tek…tek..tek…tek… bukan bunyi hujan, tapi bunyi jarum jam. Ah lama. Semakin ditunggu semakin lama deh rasanya. Bikin kesibukan aja.

Diataranya adalah dengan bertholabul ‘ilmu/ nenuntut ilmu. Bukan menunut uang saku doank. Jadi puasa bukan alasan orang bermalas-malasan, sebaliknya kita harus lebih pro-aktif mencari kesibukan agar tidak merasa lapar. Syukur-syukur kalau lupa dan makan tanpa disengaja (lupa kalau berpuasa) ha…ha…

Selain itu, membaca Qur’an juga harus lebih dioptimalkan. Karena Rasul sendiri juga lebih giat belajar dan mengkaji Qur’an ketika Ramadhan sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits : “Malaikat Jibril menjumpai baginda Nabi saw pada setiap malam di bulan Ramadan, dan mengajarkannya al Qur’an.” (HR Bukhari-Muslim). Tu kan, jibril datang tiap malam. bulan-bulan selain ramadhan kan gak segitunya kale.. Jibrilnya apa gak capek ya ? he..he…

Intinya, optimalkan semua amalan-amalan kita selama bulan Ramadhan ini. Karena bila kita menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas, maka tak terasa waktu buka tiba. Dan ucapkan “Alhmdulillah. Buka puasa yuuuk…”

2. Bantu-bantu nyokap masak.

Ni salah satu alternative yang asyik. Terutama bagi cewek (baca:akhwat) untuk bantu-bantu nyokap masak buat buka. Yah anggap aja belajar masak atau agar lebih mahir masak. Malu kan akhwat gak bisa masak. Ha…ha… Sapa tahu bisa jadi chef handal. Selain itu, ada lagi lho keuntungan lain kalau bantu nyokap masak buat buka. Apa itu ? sesuai dengan sabda Rasulullah dalam haditsnya : “Barangsiapa yang memberikan ifthor kepada orang yang berpuasa maka pahalanya seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebut.(HR. Tirmidzi) nah lho, asyik kan ? dapat dobel deh tu pahalanya.

3. Gencarkan berdakwah.

Dakwah ? wah, tinggi banget tuh. Belum mampu pak. Ya udah, bukan dakwah deh. Ya anggap aja hiburan dengan kumpul-kumpul. Kan banyak tu masjid-masjid/ mushalla-mushalla yang bikin acara waktu ramadhan. Kajian lah, buka bersama lah, nah, bisa tu diikuti. Tapi jangan ikut bukanya doank. Ikut ngajinya juga donk. Kan enak tuh. Selain dapat buka gratis, dapat ilmu juga. Ilmu juga mahal lho. Ha…ha…. (Gratisan mulu dari tadi).

Bisa juga tuh buat kamu-kamu yang dah bisa baca Qur’an. Ajarin aja anak-anak dideket tempat kamu untuk baca Qur’an. Dapat deh tuh amalan yang luar biasa. Jadi orang terbaik oey. Tu dari sabda Rasul lho. “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”.(HR. Bukhari). Nah lho. Mau gak jadi orang terbaik ?

Kalau belum bisa baca Qur’an gimana donk ? ha...ha... pertanyaan klasik. gampang. Ikut belajar aja. Baca pelan-pelan juga gak pa pa kok. Kan dapat keutamaan juga. Sesuai sabda manusia termulia “Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (HR Bukhari-Muslim)

nah lho, mo alasan apa lagi ???

4. Tambah penghasilan yuk…

Nah, ni inisitif teman-teman kita boleh juga tuh ditiru. Intinya jangan malu aja. Ya itu, jual es campur/ kolak buat buka di jalan. Pasti ada donk orang yang waktu dah adzan maghrib masih dijalan ? Tu kan kesempatan kita buat nambah penghasilan daripada bengong. Hasilnya lumayan lho. Bisa buat tambah-tambah lebaran. Bisa juga buat pulang mudik. Dan kita juga berpahala lah karena bantuin orang untuk menyegerakan berbuka. Tinggal gimana niat kita. Kalau niat kita cuma money-money and money, ya yang kita dapatkan cuma money aja. Tapi kalau niat kita bantuin orang untuk menyegerakan berbuka, dapat juga kan pahala amr ma’ruf ? kan innama ‘amalu binniah. He….he….

Itu dulu aja deh beberapa alternatif kegitan sambil nunggu buka. Sebenarnya masih banyak kok. Tenang aja. Intinya, lebih memperbanyak amalan lah selama Ramadhan ini. Daripada nongkrong gak jelas. Ujung-ujungnya ghibah. Hilang deh pahala puasa. Sayang kan ? udah lapar-lapar seharian, pahala hilang gara-gara ghibah saat ngabuburit. Na’udzubillah.

18 July, 2011

Ramadhan oh... Ramadhan

Layaknya sang kekasih yang selalu diharap-harap kehadirannya, dirindukkan dan ketika telah hadir, tak ingin rasanya berpisah walau hanya sebentar. Begitulah Ramadhan bagi orang yang beriman dan mengetahui. Sebagaimana digambarkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah “Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.”

Sebenarnya, apa yang ada dalam bulan Ramadhan, hingga digambarkan demikian ? Berikut ulasan sebagian keutamaan bulan Ramadhan.

1. Bulan Pengampunan

Tidak ada manusia yang bersih tanpa dosa. Karena tidak ada manusia yang bersih dan tak pernah berbuat salah. Manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Begitulah manusia. Tapi, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang mau bertaubat dengan taubatan nashuha. taubat yang sebenar-benarnya taubat.

Sungguh besar kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Sebesar apapun dosa seorang hamba, Allah senantiasa mengampuninya dan menghapus dosa-dosanya. dan Allah memberikan banyak sekali kesempatan untuk menghapus dosa-dosa tersebut selama ruh belum dicabut dari jasadnya. Diantara salah satu penghapus dosa tersebut adalah datangnya bulan Ramadhan yang diwajibkan berpuasa di dalamnya. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits “barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena imannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni.”(HR Bukhari-Muslim dan Abu Dawud)

Oleh karena itu, marilah kita optimalkan Ramadhan ini dengan kesungguhan niat. karena pengampunan tersebut diberikan dengan syarat dilakukan karena iman dan bertujuan untuk mengharap ridho Allah. bukan yang lain.

2. Promo Surga, Obral Pahala

Begitulah slogan yang seringkali saya lihat menjelang dan selama bulan Ramadhan. Pahala dan surga diobral. Mau ? Mau ? Mau ? Pasti semua mau. Yang tidak mau, sepertinya perlu diantar ke psikiater deh. he..he… piss…

Tidak salah juga bila slogan tersebut ditampilkan untuk memudahkan orang-orang mencerna dan tertarik untuk ber-fastbikhul khoirot terutama selama bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits : “setiap amal anak keturunan Adam dilipat-gandakan. Setiap satu kebaikan sepuluh lipat gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya.” (HR Bukhari-Muslim). Bahkan amalan-amalan sunah yang dikerjakan pada bulan Ramadhan pahalanya dianggap sama dengan mengerjakan amalan wajib. (HR Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah).

Begitulah kemurahan Allah sebagai bukti kecintaan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Alangkah meruginya kita, bila tidak dapat mengoptimalkan kesempatan yang demikian besarnya. Sebagaimana kita begitu senang dan tertarik melihat tulisan “SALE”, “DISKON”, “CUCI GUDANG” maupun “OBRAL” di Swalayan maupun Mall yang membuat kita begitu ingin membelinya. Seringkali merasa menyesal kalau tidak membelinya walaupun barang tersebut tidak begitu kita butuhkan bahkan kadang kocek-pun pas-pasan.

Nah, ini ada “obral pahala” dan “promo surga” kok kita tidak tertarik, maka patut dipertanyakan kesehatan jiwa dan hati kita.

3. Pintu Surga Dibuka dan Pintu Neraka Ditutup

Kalau datang bulan Ramadhan, terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu.(HR. Muslim)

Begitulah yang sabda manusia termulia, Rasulullah saw. Kenapa bisa demikian ? karena dengan amalan yang sedikit saja dapat menghantarkan kita pada pahala yang berlipat ganda demikian banyaknya. Namun, tiap dosa yang dilakukan, dibalas sesuai dengan yang kita lakukan saja. Dengan demikian, tentu saja jika kita berusaha melakukan kebaikan, maka makin berlipat-lipat pahala yang didapatkan dan dosapun hanya sedikit. Namun, mana yang kita pilih dari keduanya ? hanya diri kita yang dapat menjawab semuanya.

Demikianlah sebagian keutamaan bulan Ramadhan yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini. Semoga dapat barmanfaat dan memacu kita untuk ber-fastabikhul khoirot untuk meraih ridho-Nya dan melihat wajah-Nya di yaumul akhir kelak. Aamiiin…

Wallahu’alam.

15 May, 2011

Cara Tidur Rasulullah SAW

Tidur adalah salah satu kebutuhan terpenting bagi tubuh dan jiwa kita, sekaligus merupakan nikmat dari Allah SWT yang tidak ternilai. Sayangnya tidak semua orang mengerti bagaimana cara tidur yang berkualitas tinggi seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW. Berikut ini adalah tips singkat mengenai bagaimana cara beliau ketika akan tidur dan ketika bangun tidur, semoga bisa kita ikuti :


Ketika akan tidur:

  1. Berwudhu-lah seperti wudhu ketika akan sholat;

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan”.

  1. Bacalah do’a sebelum tidur. Pilihlah salah satu dari contoh doa Rasulullah SAW di bawah ini:
    1. Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa“, yang artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup”;
    2. Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka“, yang artinya: “Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu”;
    3. Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa“, yang artinya: “Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mati dan aku hidup”;
    4. Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta“, yang artinya: “Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus”.
  2. Bacalah surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas dalam posisi berbaring.

Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)


  1. Berbaringlah dengan memiringkan tubuh ke arah kanan dan letakkan tangan kanan di bawah pipi sebelah kanan;

Dari Al Barra’ bin Azib ra berkata, “Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: “Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus.” (HR. Bukhari)

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan”.

“Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)


Ketika bangun tidur:
  1. Berdoalah dengan doa yang beliau ajarkan ini: “Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur“, yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali”;
  2. Usaplah bekas tidur dari wajah dengan tangan;
  3. Hiruplah air ke dalam hidung lalu keluarkan (semburkan) kembali. Ini disebut beristinsyaq dan beristintsaar;

“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)

  1. Sikat gigi (bersiwak);

“Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)

Hal lain yang penting tentang cara tidur beliau:

  1. Tidurlah di awal malam setelah sholat Isya

“Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq ‘Alaih)

“Bahwasanya Rasulullah Muhammad saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))

  1. Jangan pernah tidur dalam posisi tengkurap (perut ada di bawah)

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)

Nah, mudah kan? Silahkan dipraktekkan . Semoga dalam tidur kita, senantiasa diliput rahmat dan lindungan Allah swt. Aamiiin.

01 April, 2011

Ber-metamorfosis-lah


mungkin selama ini kita bertingkah seperti ulat. berlaku semaunya sendiri. merugikan sana-sini. hingga banyak orang yang membenci kita.

tapi tidakkah kita ingin menjadi lebih baik. berfikir sejenak. diam, merenungi apa yang telah kita lakukan selama ini. menyesali semua, berusaha meninggalkan semua yang buruk dalam diri kita. seperti halnya ulat, yang rela berpuasa berhari-hari, berdiam diri, meninggalkan indahnya dunia. hingga akhirnya, dia kembali keluar ke dunia, menjadi makhluk yang begitu indah. tidak lagi merusak, tapi memberi manfaat untuk semua. tidak lagi makan dengan merugikan yang lain, tidak lagi bertingkah kotor. kini, hanya keindahan yang ia tunjukkan. dari bentuk, makan, hingga bergerakpun membawa pesona bagi yang memandangnya.

masih inginkah kita menjadi seperti ulat. tidak inginkah kita bermetamorfosis menjadi lebih baik ?

Allah telah memberikan pelajaran kepada kita. melalui hewan kecil itu. ulat, yang selama ini kita jijik kepadanya. Dia memberi contoh kepada kita, bagaimana berusaha bertobat dan berusaha menjadi manusia yang baik, menjadi hamba yang baik. tidakkah kita belajar darinya ???