Search This Blog

23 September, 2008

Ihsan

Kita pernah bahkan sering mendengar kata “ihsan”. Sekarang kita ditanya apa itu ihsan ? seorang temen celetuk “ ihsan itu nama tetangga saya...” ada juga yang bilang “ihsan tu nama masjid tempat saya. .“ gubrakkzzz. Repot deh bahasnya. hehe..... semua bener, but ihsan yang dimaksud disini bukan itu, kalo itu mah ditempatku ada teman yang mananya Ihsan, trus ada juga masjid Al Ihsan. Lengkap deh. He.he.. tapi yang dimaksud disini adalah sesuatu yang menjadi landasan dalam beribadah kepada Allah. Landasan untuk berfikir, bekata, berbuat landasan untuk hidup berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kok bisa gitu yach ? coba perhatikan hadist panjang berikut ini.

Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"

Wah, panjang juga hadistnya. Tapi ketahuan kan arti ihsan dari sini ? dari hadist tersebut dapat kita ketahuai bahwa ihsan adalah ,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Tuh kan.

Dari hadist tersebut kalo kita urutkan, pertama iman, kedua islam, ketiganya ihsan, keempat kiamat dan tanda-tandanya. Kalo dipikir-pikir, pertanyaan malaikan jibril tadi urut. Dari iman, trus islam, trus ihsan de es te. Ya gitu emang harusnya. Tapi sayangnya kita beda. Kalo kita sebagian besar dah islam karena orang tua kita juga islam. Iya gak…. Berarti kita islam dulu donk baru beriman. Hehe... ya emang gitu kan kenyataannya. Tapi gak papa, yang penting Insyaallah sekarang dah beriman dan dah islam. Gichiuuuuu.... Amiiiiiin...

Coba deh kita ingat pada zaman Nabi, kita gak mungkin ingat, karena pada masa itu kita belum ada. Hehe... ya udah, kita ingat kisah Nabi Muhammad saw. Ayat pertama yang turun sebagai wahyu pertama adalah tentang Iqro’ yang berarti bacalah. Dengan membaca, kita bisa mengetahui apa yang belum kita tahu. Berarti disini dapat diartikan agar kita mengetahui. Mengetahui apa ? di ayat selanjutnya dikatakan “dengan nama Tuhanmu yang Maha Menciptakan.“. Ya itulah. Itulah perkenalan Allah. Allah memperkenalkan dirinya sendiri kepada manusia setelah sekian lama manusia meninggalkan Allah sebagai Tuhannya dan menggantinya dengan Tuhan-tuhan yang lain. Berarti juga kita diperkenalkan dulu dengan Tuhan Yang Maha Menciptakan. Bukan langsung perintah sholat, bukan perintah Jihad atau yang lainnya. Disini kita diperintahkan agar beriman dulu bahwa ada Tuhan yang Maha Menciptakan. Yang menciptakan segala sesuatu, dengan segala nama dan sifat-sifat-Nya, Baru setelah itu kita disyariatkan untuk ber-islam. Melaksanakan rukun-rukunnya dan sebagainya. Dengan demikian, kita dapat tahu kepada siapa kita beriman, dan kepeda siapa kita beribadah. Lalu dengan iman dan islam, kita dapat merasakan ihsan. Selalu dilihat, selalu diawasi Allah.

Wah indahnya rasa ihsan itu kalau kita benar-benar mencintai Allah. Bayangkan... kita selalu bersama yang sangat kita cintai. Kapanpun, dimanapun, dikala sedih, dikala senang. Indaaaaah banget deh rasanya. Ya itulah untungnya mencintai Allah. Dengan ihsan, kita akan selalu bersama yang kita cintai. Amiiiin...

Sekarang kita tahu dikit tentang ihsan. Minimal ada gambaranlah kalau ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, dan kalau kita tidak mampu melihat Allah, maka yakin aja deh bahwa Allah melihat kita. Selalu merasa dilihat dan diawasi Allah. Tahu donk kalau Allah tu Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Allah Melihat segalanya, dan mengetahui segala hal, walau sebuah daun yang kering di dasar kegelapan bumi. Nah itu yang harus kita pegang. Itulah ihsan. Dengan ihsan, insyaallah kita terbebas dari segala hal yang dilarang. Baik itu perbuatan, perkataan, maupun pikiran akan dapat terbebas dari hal-hal yang mengotorinya. Amiiin.

Ketika kita ingin usil, kita ingat bahwa Allah melihat kita, ketika akan berkata yang tidak pantas, ingat Allah mendengar kita. Ketika kita berniat untuk berbuat yang tidak baik, ingat bahwa Allah mengetahui apa yang kita utarakan dan kita sembunyikan dalam hati kita. ketika marah, ingat Allah selalu mengawasi kita. Kita akan merasa selalu diawasi oleh Allah dan akhirnya semua tindakan, ucapan dan pikiran kita akan senantiasa baik

Jadi, kuncinya disini adalah kunci pipa buat jitak kepala loe…he..he… gak kok becanda. Kuncinya adalah Selalu ingat kepada Allah. Allah kan berfirman, “Dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku.“

So, mulai sekarang mari selalu mengingat Allah. Ingat bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Wallahu'alam...

Sabar

"Dan sungguh akan Kami Berikan Cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita yang gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji?uun." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan Rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-Baqarah (2):155-157)

Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku Yang budiman, Allah Yang Maha Agung akan mempergilirkan dalam kehidupan kita dengan berbagai masalah berupa dicekam rasa takut, lapar, kekurangan makanan dan buah-buahan, akan tetapi Allah menjanjikan orang-orang yang sabar.

Siapa orang sabar ? Yaitu orang yang ketika dihantam musibah dengan penuh keyakinan dia mengatakan inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Kami adalah milik Allah segala urusan kembali kepada Allah. Logika sederhana, ketika tukang parkir diambil mobil oleh pemiliknya dia tidak kecewa, mengapa? Karena dia merasa tidak memiliki, hanya merasa tertitipi, semuanya hanyalah titipan Allah kita tidak punya apapun. Kita hanya sekedar makhluk ciptaan Allah yang hidup sebentar dan tidak lama kita akan mati.

Kita tidak boleh merasa memiliki semua ini, kecuali hanya tertitipi, oleh karena itu, kalau sakit tubuh ini milik Allah. Allah munguji kita dengan sakit sebagai bahan evaluasi diri, bahan untuk bertaubat, ladang amal silahturrahmi dengan dokter berapapun biaya yang kita keluarkan untuk membayar dokter, itu adalah rizki milik Allah, walaupun habis harta kita membayar, tetapi semuanya hanya titipan Allah.

Anak, misalkan ada anak yang memiliki kekurangan, cacat dan sebagainya. Anak bukan milik kita, anak adalah titipan Allah. Kita tidak usah minder dengan keterbatasannya dan jangan sombong oleh kelebihannya semuanya hanya titipan Allah, semua ada waktunya, semua ada ajalnya.

Lampu suatu saat akan mati, pecah, atau rusak karena memang hanya titipan, sikapilah dengan sikap yang paling mulia. Sabar, sabar bukan pasrah, sabar bukan lemah, sabar bukan pasif, sabar adalah keterampilan seseorang merespon kejadian apapun dengan sikap terbaik yang di sukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Wallahu a' lam

16 September, 2008

Don't be Playboy

Sobat, pasti kamu-kamu udah ngeh dengan what's meaning a playboy. Memang kata itu kedengarannya lucu. Play yang artinya bermain atau main dan boy yang nunjukin ke anak laki- laki, masih belum dapat kita samakan dengan makna kata itu pada saat sekarang ini. Bukan lalu tiap ada anak-anak laki-laki yang lagi main, terus kita omongin kalo dia playboy. Memang nggak salah sih, tapi paling tidak kamu bakal diketawain ama temen kamu. Ha..ha..ha sorry kita juga ketawa.

Play boy identik dengan seorang ABG atau remaja yang punya tampang lumayan oke, digemari oleh banyak cewek (emangnya rujak, digemari…), sukanya jalan-jalan ke mall seperti TP (Tunjungan Plaza) di Surabaya misalnya, sambil TP (Tebar Pesona) hingga dia bakal TP (Temu Pasangan), namun sayang, pasangan yang bakal dia dapat nanti, hanya buat TP (Tutup Panci) alias pelengkap doang, yang apabila udah usang dia akan bilang TP (Tak Perlu) lagi. Gitu-lah umpamanya…

Kalo di lingkungan sobat sekalian pernah menemui orang semacam ini, maka nggak salah deh ungkapan kita tadi, minimal nggak beda jauh. Play boy selalu nggak puas dengan segala yang dia punya terutama nih, ingat…cewek, duit, serta tampang…. Soalnya apabila dari ketiga hal itu nggak bisa dia penuhi, dia nggak bakal bisa jadi play boy yang diidamkan.

Soal cewek, dia nomer satu, meski nggak jarang cewek-cewek yang dia kenal, lalu jatuh ke pangkuannya dikecewakan begitu saja, dan nggak heran meski dia punya tampang seperti Angling Dharma, tapi dia punya hati Mak Lampir, sehingga sebagian besar cewek nggak demen apabila mereka punya pacar seorang playboy, kecuali mereka yang siap untuk dipatahkan hatinya (wacaow..cakit dong). Kalo dia punya kesempatan dalam kesempitan tentang masalah cewek, pasti hal itu nggak akan dia sia-siakan. Bila ada cewek yang lumayan (menurut dia), maka dia langsung siapkan kuda-kuda dan strategi menyerang. Seorang cewek yang nggak punya rasa percaya diri, dan dia merasa ingin diperhatikan, maka dalam hitungan detik, hatinya akan luluh lantak, dijamin tokcer deh… Nggak cuman satu, dua, atau tiga, seratus cewekpun bakal dia hadapi dan dia taklukan. Namun yang perlu diingat, cewek-cewek yang dia taklukan mungkin nggak seperti yang dia harapkan, karena biasanya cewek yang merasa mampu dia kibuli, sebenarnya nggak beda jauh dengan dia, sama-sama cari perhatian alias sami mawon.

Mencari Kebahagiaan

Yup, perlu sobat ketahui, kalo yang namanya playboy itu nggak akan segan-segan menipu, dengan bujuk rayu, bikin diri mengharu biru, nggak ku..ku. Hanya saja, dia merasa dirinya seorang playboy karena dia rasa-rasanya diperhatikan oleh orang banyak. Akhirnya, dia..ehem..ehem dirinya itu cakep dan kece, padahal aslinya tembem dan mlempem. Dia ingin diperhatikan oleh orang lain, terutama oleh cewek yang oke punya. Dia merasa hal itulah yang namanya kebahagiaan. Diperhatikan, dipuji, jadi omongan orang, adalah cita-cita yang dia idam-idamkan. Meskipun kita semua tahu, kalo yang namanya pujian itu membuat diri kita merasa sempurna dan sombong, bahkan merasa lebih hebat daripada orang lain.

Cuma anehnya, apa sih arti dipuji oleh orang lain, padahal sesuatu itu sebenarnya bukan kita yang memiliki. Wajah ganteng atau nggak, siapa yang memberi? Apa kita memang pengen wajah kita nggak cakep? Pasti semua orang ingin wajahnya dan raut mukanya memenuhi standar internasional, kalo perlu pesen dulu wajah seperti Tom Cruise, walaupun ehh… dapetnya wajah Tom and Jerry. Nah, ini nggak akan ditanyakan oleh Allah di akhirat kelak, tapi yang bakal ditanyakan untuk apa kau gunakan wajahmu itu. Buat ibadah atau maksiat, tuh inget yee..!!!

Sobat, ngomong soal kebahagiaan yang dimiliki oleh seorang playboy, kalo kita mau berpikir, sebenarnya itu bukanlah suatu kebahagiaan, malah adalah suatu musibah. Ngerti kan musibah. Kenapa emangnya? Kalo orang itu terkena musibah, pasti orang- orang berbondong-bondong untuk memperhatikan dia dan memberikan bantuan. Diperhatikan dan jadi bahan pembicaraan itulah yang dialami oleh orang yang terkena musibah. Mirip seperti yang dihadapi oleh teman-teman kita yang jadi playboy tadi. Hanya saja dia nggak merasa kalo lagi tertimpa musibah, malah dia ingin terus diperhatikan. Khan aneh yaa???

Dibandingkan dengan orang yang terkena musibah tadi, orang yang yang memberikan bantuan justru lebih merasa bahagia. Karena dia tidak mengalami goncangan seperti orang yang mendapatkan musibah tadi. Dia akan lebih tenang dan terjaga. Demikian pula dengan orang-orang di sekeliling playboy tadi, mereka seharusnya lebih bahagia, apabila mereka mampu menyampaikan kalimat kebenaran pada sobat kita yang lagi menderita. Siapa? Ya playboy tadi.

Berikanlah teman kita tadi nasihat dan sampaikanlah Islam, supaya dia sadar bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah memberikan sesuatu yang bernilai dalam Islam kepada orang lain. Kalo perlu kita harus mampu menjadi seperti matahari, yang sinarnya selalu dia bagi ke bumi, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Tiru ya…

Problema, Selalu ada Akarnya

Sobat, bukan hanya kamu aja yang dibikin puyeng ama remaja sekarang, meski notabene kita juga sesama remaja tapi kelakuan sebagian besar teman kita yang lain sama dengan bando…ya, bando…ya ampuun!! Nggak usah deh sobat bertanya, kenapa sih remaja kita sekarang jadi kayak gini? Atau apa yang bikin mereka susah untuk berbuat yang baik? Nggak perlu pusing sampe keliling- keliling, karena meski kamu keliling 117 kali putaran, jawabannya nggak bakal kamu dapatkan, malah jadinya tambah pusing, tul nggak?

Semua jawabnya ada di dalam Al Qur'an dan Al Hadits yang seharusnya jadi pedoman setiap muslim, sehingga mereka nggak usah bingung kesana-kemari buat nyari makna dan hakikat kehidupan. Memang nggak mudah mengarungi kehidupan. Dunia memang alam untuk melakukan perjuangan, nggak segampang yang diinginkan tapi nggak sesusah yang dibayangkan. Yap, itulah dunia, siapapun yang ngaku mau hidup, kudu menjalaninya.

Trus, gimana cara kita untuk bisa sukses dalam hidup? Atau gimana caranya biar kita nggak kejerumus ke hal-hal yang bisa menyengsarakan hidup kita? Sekali lagi, tolong deh, buka Al Qur'an dan pelajari dengan sungguh-sungguh, pasti kamu bakal menemukan jawabannya. Sheikh Taqiyyuddin An Nabhani dalam kitab Sur'atul Badihah menjelaskan bahwa bahwa ada dua kunci utama agar seseorang bisa berhasil dalam mengarungi kehidupan, sehingga bisa selamat dunia akhirat. Dua hal itu adalah:

(1) Kecepatan dalam memberi jawaban atas sesuatu, dan kecepatan memberikan suatu tindakan.
Artinya, kita kudu merespon dengan cepat segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kita dan musti bisa menjawabnya dengan cara yang benar. Ibarat seperti seorang kiper yang sedang menjaga gawangnya, apabila dia nggak punya respon yang cepat, gawangnya bakal kebobolan dan yang rugi bukan hanya dia, tetapi satu tim. Begitu pula dalam menjalani hidup, semua yang ada di sekeliling kita, harus mampu kita hadapi, segala tantangan harus bisa kita pecahkan dan semua hambatan harus mampu kita lalui. Misal seperti perang Iraq dan Amerika, sobat kudu ngerti sebenarnya apa sih maunya Amerika yang membantai saudara kita sesama muslim di negeri seribu satu malam itu, dan kenapa negeri-negeri muslim yang lain seperti Indonesia ini nggak mau membantu Iraq. Nah, sobat bisa jawab nggak?? Kalo belum bisa jawab berarti sobat belum mampu memiliki kriteria seperti nomor satu itu. Hasilnya gimana, ya… kita hanya bisa ngikut terus kayak bebek. Jepang udah bisa bikin handphone, kita cuman mampu mbuat klephone (baca: klepon).

(2) Adanya peluang emas yang didapatkan oleh seseorang di medan kehidupan, merupakan faktor yang bisa membuat seseorang mampu bergerak lebih cepat.
Artinya, kita nggak boleh menyiakan sebuah peluang. Karena peluang itu hanya akan datang sekali, dan nggak mungkin akan terulang lagi. Waktu…hanya kita lewati satu kali saja, nggak akan dalam satu hari ada jam 7 dua kali. Wah… enak dong bisa makan malam dua kali. Begitu pula dengan hidup, yang hanya kita lalui satu kali. Masa muda yang juga terlewati satu kali. Semuanya yang ada di bumi Allah ini adalah suatu pelajaran yang amat berharga, supaya kita nggak membuang-buang waktu. Apa yang bisa kita lakukan sekarang, asalkan demi Islam dan kebajikan, maka lakukanlah!!

Gimana sobat, sekarang kamu ngerti khan apa yang kita maksudkan. Kita nggak mungkir koq, kalo sobat nggak mao menerima. Atau sobat nggak seberapa setuju dengan omongan kita, terutama kamu-kamu yang ngerasa seorang playboy, pasti kamu bakalan ketawa kecut.

To Mi Se (tolong mikir sedikit)!!!

Ada sih diantara temen kita yang meski udah coba kita ingatkan tapi tetep aja bandel. Malah, nggak jarang mereka lalu ngejek kita, sok alim, sok suci, bau surga dan lain sebagainya. Tapi nggak usah kuatir koq, ejekannya nggak ada yang jelek, alim kan nggak apa- apa. Lho, lalu temen kita tadi harus kita apakan? Dibiarkan kasihan, dibenci, nggak ada teman, trus gimana dong?

Tenang sobat, sebelum kita jawab, kamu kudu faham kalo apabila ada orang yang melakukan suatu perbuatan pasti dia akan berpikir dulu, tindakannya itu bener atau salah. Kalo dia ngertinya bener, maka dia nggak akan ragu untuk melakukannya, tapi kalo dia faham perbuatannya salah, dia akan menyesal dan nggak akan melakukan perbuatan itu. Nah, teman-teman kita yang melakukan hal itu di atas (play boy tadi), mereka memahami perbuatan yang dilakukan itu sah-sah saja, malah ada yang bilang dapat pahala. Ini terjadi karena mereka jarang berpikir sebelum bertindak, atau mereka memang berpikir, tapi cara dan standar berpikirnya salah.

Dalam buku yang sama Sheikh Taqiyyuddin an Nabhani menjelaskan, bahwa cara berpikir manusia dibagi menjadi tiga:

1. Tafkir al 'Adiy (berpikir biasa)
Ini yang secara umum dipake' oleh kawan-kawan kalian. Contoh berpikir seperti ini adalah memandang suatu benda dan lalu menyebutkan namanya saja. Misal memandang ruang kelas lalu melihat ada meja, kursi, papan tulis dan sebagainya. Jadi cara berpikir seperti inihanya melihat fakta yang ada, lalu meniru fakta itu.

2. Tafkir al a'miq (berpikir mendalam)
Cara seperti ini lebih dalam, missal memandang ruang kelas, selain menyebut barang-barang yang ada di dalamnya juga menyebutkan fungsinya. Misal papan tulis untuk menulis di depan kelas dan sebagainya.

3. Tafkir al mustanir (berpikir jernih)
Cara seperti ini, selain menyebut barang-barang dalam kelas, juga menyebutkan fungsi dan proses apa yang terjadi dalam kelas itu, benar atau tidak di dalam Islam yang disandarkan pada suatu hal yang telah terbukti kebenarannya (Al Qur'an dan Al Hadits). Selain itu cara berpikir semacam ini selalu mengkaitkan kehidupan di dunia ini dengan kehidupan akhirat (hari penghisaban).

Masalahnya sekarang, saudara-saudara kita tadi yang hanya mengandalkan tafkir al 'adiy, jadi mereka hanya melihat benda, cewek cakep atau cowok keren lalu lalu hanya mikir kalo dibiarkan sia-sia, tapi kalo digoda pingin aja. Hasilnya saling menggoda, "Digoda….!!"

Sobat, apabila kamu ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat maka kamu harus memiliki pola pikir yang jernih tadi. Pemikiran semacam itu nggak akan muncul begitu saja, seperti teori Darwin yang sesat itu. Tapi cara berpikir semacam itu akan dapat kita rancang dan kita bina, selama seseorang tersebut terus lurus dan tegas di dalam ajaran Islamnya.

Keislaman itulah yang bisa jadi bekal kita untuk mengarungi gelombang yang ada di masyarakat, dan ketaqwaan merupakan senjata utama kita untuk memilih hal-hal yang benar dan hal-hal yang salah. Selama itu bisa kita jaga, maka kebahagiaan yang hakiki akan dapat kita raih. Ya, benar kebahagiaan di dunia dengan menerapkan aturan Allah dan kebahagiaan di akhirat dengan mendapatkan surga Allah Swt.

Walhasil, dimanakah kita harus menjatuhkan pilihan tentang way of life kita, kalo nggak ke Islam. Lho koq??? Pertama, sobat adalah seorang muslim udah seharusnya landasan hidup yang dipake adalah Islam. Ini bukan pemaksaan atau doktrin, tapi konsekuensi dari Syahadat kita. Kedua, secara fitrah, Islam beserta aturannya yang dibuat oleh Allah (Al-Khalik) tidak dan tidak akan pernah menyengsarakan, menyesatkan, menindas manusia sebagai obyek yang dikenai taklif hukum. Ketiga, Fakta membuktikan aturan selain Islam telah lekang oleh jaman, layu dimakan waktu, lapuk dimakan usia seperti aturan yang sekarang diterapkan di negeri-negeri kaum muslimin termasuk di negerinya para Play Boy ini.

Suer, sebuah kesalahan besar, kalo sobat muslim pada bangga disebut Play Boy atau ada yang menyusul pengin jadi Play Boy. Bukan apa-apa, bukan pula Imud lagi sirik ama sobat, tapi gaya hidup Play Boy hanya mungkin dimiliki oleh mereka yang mempunyai Aqidah selain Islam. Nah, muslim-kah kamu atau apa???

15 September, 2008

Syur'atul Istijabah (Respon Yang Cepat)

Kesetiaan seorang pekerja kepada atasannya diukur dengan kecepatannya melaksanakan perintah dan menjauhi larangan atasan tersebut. Demikian juga dalam hubungan interaksi seorang manusia dengan Allah Azza Wa Jalla. Dalam hubungannya dengan Allah seorang muslim bagaikan seorang pekerja terhadap Tuannya. Bahkan Allah melebihi Tuan mana pun di permukaan bumi ini, Dia memberikan fasilitas kepada hamba-Nya dengan berbagai kenikmatan hidup yang tidak dapat dibalas dengan harga semahal apapun. Karena itu, sebagai hamba, manusia yang beriman kepada Allah wajib sesegera mungkin merespon apa saja yang Allah perintahkan sekuat kemampuannya. Manakala ia dilarang atau diharamkan terhadap sesuatu maka dengan cepat dia harus .menghentikannya. Sikap demikian itu disebut “Syur’atul Istijabah” (Respon yang cepat).

Respon yang tinggi dan cepat dari seorang muslim terhadap perintah dan laranganNya ini merupakan buah keimanannya kepada Allah, Malaikat, Kitab, dan Rasul-rasul-Nya. Keimanan yang benar dan mendalam merupakan modal utama dari “istijabah”, sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur-anul Karim,

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (البقرة:285)

Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka berdoa):"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS. 2:Al Baqarah: 285)

Sikap “sam’an wa thoatan” (mendengar dan taat) merupakan tuntutan iman. Dengan kata lain, iman seseorang tidak dapat dianggap benar dan lurus sebelum melahirkan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari. Iman sejati membawa orang beriman pada perjanjian yang mengikat dengan Allah untuk melaksanakan syariat-Nya di muka bumi. Sebagai contoh, ayat dalam Surat Al Baqarah di atas, sebelumnya didahului dengan firman Allah ayat 284 yang membuat para sahabat Nabi menangis ketika ayat tersebut diturunkan. Pasalnya, dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa Dia akan menghisab amal manusia baik yang tampak maupun tersembunyi dan Dia akan mengampuni atau mengazab manusia sesuai dengan kehendak-Nya,

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَو تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (البقرة:284)

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2.Al Baqarah :284)
Para sahabat Nabi menangis membaca ayat ini karena merasa betapa jiwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk senantiasa bersih dari noda dan dosa. Namun di sisi lain mereka siap menerima ketentuan Allah dalam ayat ini. Lantaran itu mereka bertanya kepada Nabi Muhammad dan mendapat jawaban dengan turunnya ayat 285-286. Allah memuji kesiapan mereka untuk mendengar dan taat karena keimanan mereka kepada Allah yang memiliki langit dan bumi.

Ketika seorang muslim bersyahadat, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dia melakukan jual beli dengan Allah. Dia sebagai pihak penjual dan Allah sebagai Pembeli. Syahadat kita adalah bai’ah yang wajib direalisasikan dalam hidup keseharian. Seorang pedagang yang baik tidak akan memberikan barang dagangan yang buruk, palsu atau pun rendah kualitasnya. Apalagi pembelinya adalah Allah Azza Wa Jalla yang memberikan harga yang mahal yaitu syurga. Firman Allah,

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالْأِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة:111)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111)

Karena harga tinggi (surga) yang diberikan Allah inilah maka orang-orang beriman bersegera memberikan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam hal ini kualitas tertinggi dari pencapaian iman seseorang adalah kesediaan memberikan nyawa di jalan Allah. Karena itu dinyatakan bahwa mereka siap berperang membunuh atau terbunuh. Atas janji yang demikian Allah menuntut orang-orang beriman untuk senantiasa memiliki komitmen terhadap perjanjian ini.

وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (المائدة:7)

Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan :"Kami dengar dan kami ta'ati". Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati(mu). (QS. 5. Al Maaidah:7)


Pelajaran Dari Al Qur-an dan Sunnah
Al Quranul Karim dipenuhi ibroh dari kehidupan orang-orang beriman di masa lalu. Kisah-kisah dalam Kitabullah bukan hanya sekedar cerita tetapi merupakan contoh teladan dan pelajaran yang penting bagi setiap insan beriman untuk meningkatkan kualitas imannya kepada Allah. Salah satu kisah yang populer dalam menunjukkan syuratul istijabah suatu kaum di masa lalu adalah kisah para hawariy yang merupakan sahabat dekat Nabi Isa Alaihis Salam. Mereka memiliki kepekaan yang tinggi dalam memberikan reaksi terhadap peristiwa yang terjadi pada masyarakatnya. Manakala Bani Israil mengingkari Kerasulannya, Nabi Isa segera bertanya kepada para hawariy. Mereka segera pula memberikan jawaban yang menunjukkan kesiapan bekerjasama dengan pemimpinnya.

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (آل عمران:52)

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia:"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:"Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS. 3:52)

Nyata sekali bahwa iman kepada Allah dan penyerahan diri kepada syariat-Nya menjadikan para hawariy mempunyai kepekaan yang tinggi untuk segera merespon seruan dari pemimpin mereka. Selain itu syuratul istijabah menunjukkan pemahaman yang mendalam kepada wahyu yang diturunkan, mengikuti petunjuk Rasul, dan mempunyai semangat serta cita-cita yang tinggi. Perhatikan kelanjutan ayat berikut ini

رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ (آل عمران:53)

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (QS. 3. Ali Imraan:53)

Dalam kisah hidup Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam kita juga menemukan kecepatan reaksi para sahabat Rasulullah ketika mereka menerima seruan Nabi. Hal ini karena mereka ingin mengikuti keteladanan para hawariy Isa dalam menolong agama Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرائيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ (الصف:14)

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putera Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia:"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?". Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:"Kamilah penolong penolong agama Allah!", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. 61. As Shof:14)

Kecepatan merespon perintah pemimpin sangat penting dalam gerakan dakwah Islam. Ini dicontohkan sahabat, Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: Ketika ayat ini diturunkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara kamu melebihi suara Nabi). Hingga ke akhir ayat 2 surat al-Hujurat. Tsabit bin Qais sedang duduk di rumahnya dan berkata: "Aku ini termasuk ahli Neraka!" Beliau bersembunyi dari Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam sehingga beliau bertanya kepada Saad bin Muaz, “Wahai Abu Amru, bagaimanakah keadaan Tsabit ? Adakah dia sakit ? “ Sa’ad menjawab, “Keadaannya seperti biasa dan aku tidak mendengar berita yang menyatakan dia sakit”. Lalu Saad pun menziarahinya dan memberitahu kepadanya tentang percakapan beliau dengan Rasulullah. Tsabit berkata, “Ayat ini diturunkan, sedangkan kamu semua mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling nyaring suaranya, melebihi suara Rasulullah. Kalau begitu aku ini termasuk ahli Neraka. Maka Sa’ad menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam. Maka Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam pun bersabda,”Bahkan dia termasuk dari kalangan ahli Surga *

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (لأنفال:24)

Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS. 8:24)

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ (آل عمران:193)
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu):"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu"; maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (QS. 3:193)

14 September, 2008

Alat Penting Ghazwul Fikri

Realitas suguhan acara televisi di negeri ini nyaris semuanya melanggar syari'ah Islam. Begitu pendapat Abdurrahman Al-Mukaffi dalam bukunya Kategori Acara TV dan Media Cetak Haram di Indonesia. Celakanya, ummat yang mayoritas ini seolah tidak berdaya menghadapi sergapan ghazwul fikri (perang pemikiran) yang dilancarkan musuh-musuh Islam lewat 'kotak ajaib' itu. Abdurrahman membuat 10 kategori acara televisi dan media cetak yang merupakan bagian dari strategi ghazwul fikri, dan karenanya haram ditonton oleh kaum Muslim.
  1. Membius pandangan mata. Banyak disuguhkan wanita-wanita calon penghuni neraka dari kalangan artis dan pelacur. Mereka menjadikan ruang redaksi bagaikan rumah bordil yang menggelar zina mata massal.
  2. Pameran aurat. Saluran televisi berlomba-lomba menyajikan artis-artis, baik dengan pakaian biasa, ketat, pakaian renang, sampai yang telanjang. Penonton diajak untuk tidak punya rasa malu, hilang iman, mengikuti panggilan nafsu, dan menghidupkan dunia mimpi.
  3. Membudayakan ikhtilat. Sekumpulan laki-laki dan wanita yang bukan muhrim, biasa bergumul jadi satu tanpa batas. Tayangan semacam ini tak ubahnya membuka transaksi zina.
  4. Membudayakan khalwat. Kisah-kisah percintaan bertebaran di berbagai acara. Frekuensi suguhan kisah-kisah pacaran dan kencan makin melegitimasi budaya khalwat.
  5. Membudayakan tabarruj. Banyak pelaku di layar kaca yang mempertontonkan bagian tubuhnya yang seharusnya ditutupi, untuk dinikmati para pemirsa.
  6. Mengalunkan nyanyian dan musik setan. Televisi banyak menyiarkan bait syair lagu berupa mantera zina yang diiringi alunan alat musik setan.
  7. Menyemarakkan zina. Sajian dari luar negeri maupun lokal yang banyak menyertakan adegan peluk, cium, dan ranjang membuktikan bahwa televisi adalah corong zina. Aksi zina yang menyeluruh, baik zina mata, telinga, hati, lidah, tangan, kaki, dan kemaluan.
  8. Mempromosikan liwath (homoseksual). Para artis dan selebritis yang mengidap penyakit homoseks dijadikan contoh gaya hidup modern dan high class. Kaum homo makin bebas berkeliaran dengan berlindung di bawah payung hak asasi manusia.
  9. Menebarkan syirik. Televisi banyak mengekspos praktik pedukunan, mistik, ramalan, dan sihir yang dapat menghancurkan aqidah ummat.
  10. Tenggelam dalam laghwun. Acara-acara yang tak ada manfaatnya banyak disuguhkan untuk pemirsa, misalnya gunjingan tentang kehidupan pribadi selebriti dan humor berlebihan, sehingga lupa mengerjakan hal-hal yang justru penting seperti dzikir kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala.


Jagoan-jagoan yang Berbahaya Sederet bukti bahayanya menyerahkan pengasuhan anak kepada televisi. Pemecahannya? Bocah 4 tahun bernama Ferhat Altinbas itu bergegas menuju balkon apartemennya. Televisi yang saban hari menemaninya masih menyala, ditinggal begitu saja. Dalam benak terbayang, sebentar lagi akan jadi monster hebat seperti Pikachu yang bisa melayang. Begitu sampai di bibir balkon, tanpa ba..bi..bu.. bocah lelaki ini melompat. Hiyaaaatt!
Hasilnya? Bukan monster yang hebat, tapi Ferhat masuk rumah sakit di Mersin, Turki Selatan. Kakinya patah, beberapa bagian tubuhnya luka cukup parah. Ketika ditanya dokter perihal perbuatannya yang nekad itu, si kecil Ferhat menjawab enteng, "Saya Pokemon, dan saya melayang seperti dia."

Peristiwa yang dilansir harian Radikal Daily Turki edisi 30 Oktober 2000 itu hanyalah salah satu contoh, betapa besar pengaruh tayangan televisi terhadap anak-anak. Ferhat ingin seperti Pikachu, tokoh serial Pokemon (Pocket Monster), idolanya. Pikachu adalah monster kucing imut-imut berwarna kuning yang sakti dan selalu menang dalam pertarungan. "Anak-anak memang banyak meniru tokoh yang dianggapnya sebagai panutan, baik itu orang tua, guru, ustadz, atau tokoh film yang disenanginya," ujar psikolog Elzim Kosyiyati.
Konsekuensinya, kalau tokoh yang dicontoh adalah figur yang baik, niscaya anak-anak akan berlaku baik pula. Begitu pula sebaliknya. Nah, kalau idolanya adalah Pikachu atau Tinky-Winky, perilaku tokoh itulah yang terekam di benak anak-anak. Dan tokoh-tokoh semacam inilah yang sekarang banyak diidolakan.


Ajaran Kekerasan dan Syirik
Di mata anak-anak, tokoh-tokoh dalam Pokemon sama tenarnya dengan Teletubbies. Tayangan animasi dari Jepang ini mulai populer di Indonesia akhir 1990-an, ditandai dengan munculnya barang-barang memakai bentuk Pikachu. Tas punggung, peralatan tulis, sapu tangan, lampu meja, sampai ikat rambut menggunakan tokoh Pikachu. Tak lama kemudian Pokemon menjamur dalam bentuk VCD, dan akhirnya tersaji dalam siaran televisi.

Di negeri asalnya, film ini sempat memicu protes keras. Sebabnya, sebanyak 1523 anak di berbagai kota di Jepang dilaporkan telah terserang mual-mual, muntah, pusing, dan matanya perih akibat nonton Pokemon episode Computer Warrior Porigon (1997). Sebanyak 650 anak di antaranya harus masuk rumah sakit. Menurut analisis medis, itu terjadi akibat pancaran sinar merah menyilaukan selama 650 kali selama 5 detik dari mata tokoh Pikachu. Sinar itu menyebabkan gangguan syaraf dan ritme otak.

Di Inggris juga menimbulkan kontroversi. Dua orang anak berusia 11 tahun tega menodong anak usia 8 tahun demi mendapatkan kartu Pokemon. Persatuan Nasional Guru Inggris menilai tontonan ini menjadi penyulut kekerasan pada anak-anak (Reuters, 4/2000).

Adegan dalam film karangan Satoshi Tajiri ini memang didominasi kekerasan, tema yang tidak sehat bagi perkembangan jiwa anak. "Dalam psikologi pendidikan, tayangan semacam itu dapat merusak citra diri anak yang pada fitrahnya tidak menyukai kekerasan, tapi mendambakan kasih sayang," ujar Elzim Kosyiyati.

Sedangkan Ron Solby dari Universitas Harvard secara terinci menjelaskan, ada empat macam dampak kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan kepribadian anak. Pertama, dampak agresor di mana sifat jahat dari anak semakin meningkat. Kedua, dampak korban di mana anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai orang lain. Ketiga, dampak pemerhati, di sini anak menjadi makin kurang peduli terhadap kesulitan orang lain. Keempat, dampak nafsu dengan meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.

Di Amerika Serikat, hal tersebut memang terbukti. Sebuah penelitian yang dilakukan Leonard Eron dan Rowell Huesman menyebutkan, tontonan kekerasan yang dinikmati pada usia 8 tahun akan mendorong tindak kriminalitas pada usia 30 tahun (Kompas, 5/2000).

Sedangkan penelitian yang dilakukan Yale Family Television menyebutkan anak-anak yang menyaksikan program fantasi kekerasan cenderung kurang kooperatif, kurang baik dalam bergaul, kurang gembira, kurang imajinatif, serta angka IQ-nya rendah. Pecandu televisi juga pada umumnya sering gelisah dan memperlihatkan masalah di sekolah.

Ajaran kekerasan tak hanya disosialisasikan Pokemon. Lainnya masih banyak, di antaranya yang ditayangkan RCTI seperti P-Man, Kobo Chan, dan Panji Millenium, juga SCTV seperti Samurai X, Kungfu Kids. Di TPI ada Tazmanian Devil dan Power Rangers in Space, Indosiar menyajikan Power Rangers Turbo, Ultraman, Dragon Ball, Ninja Hattori, dan sebagainya. Termasuk tontonan untuk orang dewasa yang akrab dengan anak-anak seperti Smackdown. Masing-masing mempunyai tokoh utama, dan masing-masing mempunyai penggemar fanatik.

"Ayo, Smack Down!", kata Zulfikri (5 th) pada adiknya, Amar. Kontan saja sang adik terjungkal dengan kepala menyentuh lantai. Amar yang masih berumur 2,5 tahun itu dibanting dengan gaya menirukan acara Smack Down. Tentu saja sang adik berteriak menangis. Menurut ibunya, Siti Aminah (32), Zulfi sudah ketiga kalinya ini membanting sang adik menirukan pertarungan bohong-bohongan yang sering diputar RCTI tersebut. "Ini sudah ketiga kali lho, kalau diulangi lagi saya hukum kamu," kata sang ibu menasehati Zulfi.

Menurut sang ibu, Zulfi kerap menonton acara gulat tersebut di TV tetangga pada hari minggu. "Padahal saya juga nggak punya TV", kata ibunya. Sejak ketiga kali kasus membanting sang adik, Zulfi memang sudah jarang mengulangi 'smack down' pada Amar. Tapi diam-diam, masih sering mempraktekkannya dengan teman sebayanya bila datang bermain ke rumahnya.

Yang lebih berbahaya, tontonan kekerasan kebanyakan bersinergi dengan ajaran syirik dan klenik. Di mata da'i Khairu Ummah Ustadz Ihsan Tandjung, figur-figur Pokemon layaknya representasi dunia jin yang mempengaruhi anak kita. "Fenomena semacam itu adalah perbuatan syirik, dosa besar mempersekutukan Allah Swt yang tak terampuni," ujar mubaligh yang kerap muncul di layar kaca ini.

Ihsan menunjuk beberapa slogan yang kuasa membuat anak 'menuhankan'. Misalnya 'Selamat datang di dunia Pokemon, dunia khusus di mana orang seperti Anda dapat dilatih menjadi Master Pokemon nomor wahid di dunia.' Atau, 'Bawalah Pokemonmu dalam saku dan kau siap untuk apa saja. Kau punya kekuatan dalam genggamanmu, gunakanlah!'

Jangan heran bila Komite Tertinggi Riset Ilmiah dan Hukum Islam Arab Saudi mengeluarkan fatwa haram, Maret lalu. Alasannya, Pokemon telah berubah menjadi 'tuhan' yang membuat anak-anak lupa mengerjakan shalat. Selain itu juga mensosialisasikan Teori Evolusi Darwin, mengusung gambar bintang Daud segi lima yang menjadi simbol zionisme, dan mendorong perjudian. Fatwa haram ini akhirnya juga berlaku di semua negeri Timur Tengah. "Semua produknya, baik VCD maupun asesorisnya, dimusnahkan dan dibakar ramai-ramai," ujar Burhanudin Malik, warga Bogor yang kini tinggal di Kuwait.

Pemerintah Turki juga melarang penayangan film animasi yang pernah memakan korban ini. Begitu pula Amerika Serikat, Inggris, dan Slovakia. Sebuah gereja Kristen di Meksiko bahkan menyebut permainan Pokemon sebagai iblis.

Di negeri yang bernama Indonesia, justru sedang berkibar-kibar. "Saat ini Pokemon dan Doraemon paling laris," tutur Hadi, karyawan Gramedia Matraman, Jakarta. Di toko ini, buku dan komik terjemahan dari Jepang yang didominasi kekerasan dan syirik rata-rata terjual 1.250 buku per hari.

Film dan sinetron berbau klenik juga eksis di televisi. Misalnya Doraemon, Magic Girls, Mak Lampir, Tuyul dan Mbak Yul, Jin dan Jun, Bidadari, dan banyak lagi. "Tayangan yang penuh takhyul dan khurafat leluasa masuk ke dalam pikiran anak-anak kita," ujar Ihsan Tanjung.


Zina dan Durhaka
Berbicara tentang tontonan untuk anak, tentu tak lengkap tanpa menyinggung Crayon Shinchan. Film animasi yang diputar RCTI ini begitu dikenal anak-anak. Ratingnya cukup tinggi, yakni 9 hingga 11. Artinya, ditonton sembilan hingga sebelas persen dari setiap 100 penonton. Namun seperti halnya tayangan lain, efek negatiflah yang lebih mengemuka. "Film itu jorok, tak bagus ditonton anak-anak," ujar Slamet, warga Cibubur yang juga ayah 2 anak.

Mau tahu contohnya? Dalam versi komik volume 1, digambarkan orang tua Shinchan sedang (maaf) menyalurkan hubungan biologis tanpa mengunci pintu kamar. Shinchan yang terbangun mau buang air kecil, tanpa sengaja masuk ke kamar orang tuanya dan melihat adegan itu. "Main gulat diam-diam saja, saya juga mau," kata anak yang konon berusia 5 tahun ini. "Iya, ini main gulat," sang ibu terpaksa membohongi anaknya demi menghindari malu.

Shinchan juga sering berkomentar seputar pantat, dada, dan bahkan kemaluan (diri dan orang lain). Hal-hal semacam itu tersaji sebab sebenarnya Crayon Shinchan memang untuk konsumsi orang dewasa. Pertama kali film animasi karangan Yoshita Usui ini dipublikasikan dalam hukan Manga Action (Agustus 1992), majalah komik untuk orang dewasa. Namun karena berupa kartun, anak-anak pun akhirnya suka. Orang tua terkecoh. Kenapa? Menurut pengamatan psikolog Seto Mulyadi, orang tua sering keliru menganggap bahwa film kartun hanya untuk konsumsi anak-anak. "Padahal tidak selalu demikian," ujarnya seperti dikutip sebuah mingguan ibukota.

Tontonan televisi untuk orang dewasa namun ditayangkan pada jam anak-anak, cukup banyak. Tayangan ini didominasi oleh sinetron dan telenovela. Karena tersaji di depan mata, anak-anak pun begitu lahap mengkonsumsinya. Tahun lalu Kompas pernah melakukan survei tentang hal ini. Hasilnya, 77% anak suka mengobrolkan acara televisi, 40% di antaranya adalah film orang dewasa yang menyajikan kekerasan, intrik rumah tangga, serta pelecehan seksual.

Pada kesempatan lain, survei membuktikan bahwa anak-anak dalam seminggu menghabiskan waktunya sekitar 68 jam untuk menonton televisi. Padahal program anak yang tersedia di televisi hanya 32 jam. Artinya, setiap anak Indonesia menghabiskan waktu 36 jam untuk menonton tayangan televisi yang dipersembahkan bagi orang dewasa.

Shinchan tak hanya mengajarkan pornografi, tapi juga kebandelan dan berani kepada orang tua. Tujuh tahun lalu, ibu-ibu rumah tangga di Jepang ramai-ramai protes. Alasannya, di samping tolol dan menjengkelkan, Shinchan juga sering menjadikan ibunya sebagai sasaran kebandelan. Dia tak segan menyebut ibunya dengan istilah 'nenek kejam' atau melecehkannya dengan kata-kata yang tak pantas diucapkan anak-anak kepada orang tua. Misalnya, "Mama cantik, kulitnya kasar seperti kulit ikan hiu."


Kendali Orang Tua
Psikolog Jane Healey dalam buku Endangered Minds secara tegas mengatakan bahwa televisi adalah perusak pikiran anak-anak. Sementara Mary Winn menyamakan televisi dengan obat bius dan alkohol yang bisa menyebabkan orang ketagihan. Neil Postman, profesor psikologi dari Universitas New York, dalam Amusing Ourselves to Death membuat pernyataan lebih ekstrim, yakni kecanduan itu akan berujung pada kematian.

Bila kita merujuk pada berbagai kasus yang ada, pernyataan di atas tak salah. Namun, begitu burukkah tayangan televisi untuk anak-anak? Tentu saja tidak. Banyak yang cukup baik. Menurut pengamatan Elzim Kosyiyati, film seperti Teletubbies, di samping mengusung nilai negatif, sebenarnya mampu membimbing anak dalam hal pengenalan warna, menghitung, dan menyayangi alam.

Elzim juga menunjuk sinetron Keluarga Cemara sebagai tayangan yang mendidik. "Anak-anak diajak melihat realitas, kerja keras, menghormati orang tua, dan kasih sayang di antara anggota keluarga. Fitrah anak-anak memang kasih sayang," ujarnya.

Bagaimana dengan berbagai pengaruh negatif di atas? Ibu dua anak ini mengajak orang tua untuk terus mendampingi anak-anak dalam menonton. Televisi adalah realitas sehari-hari anak masa kini, sehingga tak mungkin anak-anak dilarang agar tidak menonton sama sekali. Yang perlu dilakukan adalah memberi penjelasan tentang berbagai adegan yang tersaji di layar kaca. "Beri pengarahan saat itu juga, jangan tunda-tunda sampai hari esok. Apa yang dilihat anak-anak akan sangat melekat dalam pikirannya."


Tips untuk menghadapi teve
Majalah Intisari menurunkan tips untuk menjaga anak dari pengaruh buruk televisi. Pertama, sebaiknya orang tua lebih dulu membuat batasan pada dirinya sebelum menentukan batasan bagi anak-anaknya. Biasanya, di kala lelah atau bosan dengan kegiatan rumah, orang tua suka menonton televisi. Tetapi kalau itu tidak dilakukan dengan rutin artinya orang tua bisa melakukan kegiatan lain kalau sedang jenuh anak akan tahu ada banyak cara beraktivitas selain menonton televisi.

Kedua, usahakan televisi hanya menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak. Yang penting, anak-anak perlu punya cukup waktu untuk bermain bersama teman-teman dan mainannya, untuk membaca cerita dan istirahat, berjalan-jalan dan menikmati makan bersama keluarga. Sebenarnya, anak-anak secara umum senang belajar dengan melakukan berbagai hal, baik sendiri maupun bersama orang tuanya.

Ketiga, mengikutsertakan anak dalam membuat batasan. Tetapkan apa, kapan, dan seberapa banyak acara yang ditonton. Tujuannya, agar anak menjadikan kegiatan menonton televisi hanya sebagai pilihan, bukan kebiasaan. Ia menonton hanya bila perlu. Untuk itu video kaset bisa berguna, rekam acara yang disukai lalu tonton kembali bersama-sama pada saat yang sudah ditentukan. Cara ini akan membatasi, karena anak hanya menyaksikan apa yang ada di rekaman itu.

Keempat, cermati jenis program yang ditonton. Ini penting, sebab menyangkut masalah kekerasan, adegan seks, dan bahasa kotor yang kerap muncul dalam suatu acara. Kadang ada acara yang bagus karena memberi pesan tertentu, tetapi di dalamnya ada bahasa yang kurang sopan, atau adegan seperti pacaran, rayuan yang kurang cocok untuk anak-anak. Maka sebaiknya orang tua tahu isi acara yang akan ditonton anak. Usia anak dan kedewasaan mereka harus jadi pertimbangan. Dalam hal seks, orang tua sebaiknya bisa memberi penjelasan sesuai usia, kalau ketika sedang menonton dengan anak-anak tiba-tiba nyelonong adegan 'saru'. Masalah bahasa memang perlu diperhatikan agar anak tahu mengapa suatu kata kurang sopan untuk ditiru.

Kelima, waktu. Kapan dan berapa lama anak boleh menonton televisi, semua itu tergantung pada cara sebuah keluarga menghabiskan waktu mereka bersama. Bisa saja di waktu santai sehabis makan malam bersama, atau justru sore hari. Anak yang sudah bersekolah harus dibatasi, misalnya hanya boleh menonton setelah mengerjakan semua PR. Berapa jam? Menurut Jane Murphy dan Karen Tucker produser acara TV anak-anak dan penulis sebaiknya tidak lebih dari dua jam sehari, itu termasuk main komputer dan video game. Untuk anak yang belum bersekolah atau sering ditinggal orang tuanya di rumah, porsinya mungkin bisa sedikit lebih banyak.

Sekalipun anak-anak cuma berjumlah 16% dari populasi dunia, tapi mereka adalah 100% pemimpin masa depan. (akbar, hidayaturrahman, pambudi)
==
Kampanye Homoseks Teletubbies Seorang Pendeta terkemuka di Amerika menguraikan misi homoseks di balik tayangan lucu Teletubbies. Kontroversi meluas. Singapura melarang penayangannya. Indonesia?

"Suka nonton Teletubbies?" Bila pertanyaan itu dilontarkan kepada anak-anak, niscaya akan dijawab 'ya'. "Bagus sih. Lain sama Pokemon atau Shinchan yang jorok," kata Eki, murid kelas IV sebuah SD di Rawamangun, Jakarta.

Saat ini, tontonan yang diputar hampir saban hari di Indosiar itu memang sedang digandrungi anak-anak. Television in the tummy of the babies (disingkat Teletubbies, televisi di perut para bocah) adalah film yang menampilkan empat tokoh boneka gendut (tubby) dan lucu bernama Tinky-Winky (berwarna ungu), Dipsy (hijau), Laa-Laa (kuning), dan Po (merah). Di kepala empat sekawan itu ada antena, yang menandakan bahwa televisi memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan bagi anak-anak. Rumahnya berupa lapangan golf yang hijau dan sejuk, disebut Teletubbyland. Di situ ada kincir angin, televisi, kelinci, pancuran air, yang selalu disinari matahari berwajah bayi imut-imut.

Film rekaan Anne Woods dan Andrew Davenport yang pertama kali muncul di Inggris tahun 1995 itu tak sekadar nongol di televisi. Pernik-perniknya juga membanjir di toko mainan, toko buku, mal, pasar, sampai perempatan lampu merah. Bentuknya bisa komik, kartu, boneka, VCD, gantungan kunci, stiker, sikat gigi, tempat nasi, handuk, pigura, dan berbagai asesoris peralatan sekolah. Bahkan kini telah terbit majalah Teletubbies. Pendeknya, sang idola itu bisa menyapa anak-anak di mana saja, kapan saja. Tak mengherankan bila anak-anak begitu akrab.

Cuma, ada satu hal yang agaknya sulit dikenali anak-anak pada umumnya, yakni jenis kelaminnya. Sebab, kostumnya sama, aktivitasnya pun tak berbeda. Robbi Mighfari dan Balivia Andi Permata, murid-murid sebuah TK di Surabaya, mempunyai jawaban berbeda ketika ditanya mana dari anggota Teletubbies yang perempuan. Robbi menjawab Po. "Sebab Po kan warnanya merah," alasannya. Tapi menurut Balivia justru Tinky-Winki-lah, si ungu, yang perempuan.

Bagi Eki, yang paling membingungkan adalah sosok Tinky-Winky, anggota Teletubbies yang paling besar. "Dia itu laki-laki, tapi kadang tingkahnya kayak cewek. Suka mbawa tas dan bunga. Kayak orang banci,' ujarnya.

Di Barat identitas Teletubbies memang sempat menjadi perdebatan heboh. Bermula dari pendapat Pendeta Jerry Falwell dalam sebuah tulisan di National Liberty Journal (Februari 1999) yang menilai Teletubbies membawa misi homoseksualitas lewat tokoh Tinky-Winky. Alasannya? "Tinky-Winky berwarna ungu warna kebanggaan kaum gay dan mempunyai antena segitiga terbalik di kepalanya simbol kebanggaan gay," kata Falwell.

Majalah Time edisi 12 Oktober 1998 juga menyatakan hal yang sama. Di situ dilaporkan bahwa Tinky Winky yang membawa tas/dompet merah merupakan ikon kaum gay di Inggris. Identitas tokoh-tokoh Teletubbies memang tidak jelas. Perbedaan gender hanya digambarkan secara samar dengan suara dan pilihan warna: ungu dan hijau muda untuk laki-laki, merah dan kuning untuk perempuan. Dan di mata Falwell, ini dianggap sebagai pembenaran terhadap aktivitas homoseksual dan biseksual.

Kalangan rohaniwan Kristen menilai, indoktrinasi dini terhadap anak batita (di bawah tiga tahun) lewat Teletubbies akan menyebabkan anak tak bisa membedakan mana laki-laki mana perempuan. Lebih berbahaya lagi kalau anak sudah dicekoki nilai: boleh saja laki-laki sekali-sekali menjadi perempuan, dan sebaliknya. "Diluncurkannya Teletubbies adalah khusus untuk berkomunikasi dengan balita guna memasukkan nilai homoseksualitas. Dengan cerita berbahasa bayi, digambarkan bahwa perilaku homo dan biseks adalah wajar," masih kata Falwell.

Menurut psikolog pendidikan Elzim Khosyiyati, ketidakjelasan identitas ini berbahaya bagi perkembangan psikis anak-anak. "Itu sama dengan mengaburkan esensi dari nilai pendidikan anak yang harus jelas dan tegas," ujar Elzim yang juga aktivis Lembaga Pendidikan Islam Dwi Matra, Surabaya.

Hal senada ditulis Berit Kjos di situs Edutainment. Menurutnya, secara tidak disadari, anak-anak dibentuk Teletubbies untuk bisa menerima kelainan-kelainan perilaku seksual seperti biseksual, homoseksual, dan lesbian sebagai sesuatu yang wajar. Juga, anak-anak dibentuk untuk menjadikan televisi sebagai dunia mereka. Pendapat Kjos ini sama dengan pandangan umum kaum ibu di Inggris yang menilai Teletubbies mensosialisasikan televisi kepada anak-anak dalam usia terlalu dini.

Tuduhan bahwa Teletubbies membawa misi gay segera ditentang keras oleh Ragdoll Productions dan koleganya, produser film ini. Juru bicara untuk Itsy Bitsy Entertainment Co., pemegang lisensi Teletubbies di AS, berdalih bahwa dompet Tinky Winky adalah tas ajaib. "Sebenarnya yang dibawa tak menunjukkan dia gay. Ini adalah pertunjukan anak-anak, cerita," kata Steve Rice seperti dikutip Associated Press (1999).

Yang paling keras menentang Falwell tentu saja kalangan gay. Dalam sebuah wawancara diCBS, Joan Garry yang mewakili Aliansi Gay dan Lesbian, dengan nada cemooh menganggap Falwell sebagai penuduh yang pandir. Sedangkan Michael Colton di harian New York Observer menganggap tuduhan itu sebagai hal yang terlampau aneh dan mengerikan. Stan Yann dalam The Voice malah balik menuduh Falwell sebagai pendeta gemuk seperti Teletubby (tubby= gemuk) yang bodoh.

Namun pendapat Falwell tidak salah bila kita cermat melihat adegan film Teletubbies. Tingkah laku si Ungu memang seperti seorang gay. Dia suka bunga, membawa dompet warna merah, gerak tariannya dan nada nyanyiannya. Sebuah kebiasaan orang perempuan. Padahal keterangan resmi yang dikeluarkan sebuah produsen acara teve anak-anak PBS kids, jenis kelamin Tinky Winky adalah male (laki-laki).

Tinky Winky juga tak segan-segan berebut rok dengan Po. Saat rebutan itu terjadi, 'dewa'-nya Teletubbies matahari bermuka bayi lucu lalu mengatur agar yang berebut rok itu memakainya secara bergantian. Dewa bayi itu seolah menjadi 'tuhan' yang menganjurkan perilaku seks menyimpang.

Kalangan orang tua juga mesti waspada dengan adegan 'berpelukan' yang selalu dilakukan empat sekawan itu di akhir acara. Menurut Elzim, pelukan di antara anggota keluarga wajar, dan baik baik. Namun efek adegan berpelukan Teletubbies sangat didasari kebudayaan Barat. Ibu dua anak ini sekarang kerap menjumpai kecenderungan anak-anak di sekolah yang gandrung Teletubbies sering melakukan pelukan kepada kawan perempuan maupun lelaki, baik berlawanan jenis maupun tidak. "Di satu sisi memang bisa mengakrabkan, tapi di sisi lain bila perilaku ini terus-menerus dilakukan bisa fatal akibatnya. Anak-anak akan terbiasa melakukan pelukan dan ciuman dengan siapa saja tanpa pandang bulu."

Dampak lebih jauh, bila yang gandrung adalah anak laki-laki, akan berbahaya. "Anak laki-laki yang suka boneka Teletubbies akan terpengaruh seperti jiwa anak perempuan, bahkan bisa saja kemudian hari memperlakukan dirinya seperti perempuan atau waria," jelas Elzim.

Tidak hanya ajaran gay. Cara bicara tokoh Teletubbies yang cedal pun banyak diprotes kalangan ibu-ibu di Inggris. Misalnya pelafalan kata 'Halo' menjadi 'Ee-o'. Menurut Elzim Khosyiyati, bahasa cadel semacam itu tidak baik bagi proses pembelajaran kemampuan verbal anak. "Kita seharusnya mengajarkan pesan verbal secara tegas dan jelas kepada anak," ujarnya.

Meski penuh kontroversi, Teletubbies terus melaju tinggi. Ia telah mendatangkan keuntungan 80-an juta poundsterling bagi Ragdoll Productions dan BBC Worldwide, produsernya. Kini 45 negara di dunia menyiarkan serial anak-anak yang ternyata mengusung misi kaum Nabi Luth ini, dan menjadi terpopuler di dunia.

Bagi negeri yang peduli terhadap anak-anak, Teletubbies dilarang. Di Singapura, serial Tinky-Winky dan kawan-kawan ini tidak ditayangkan karena dianggapberpengaruh buruk terhadap perkembangan jiwa anak. Bagaimana di Indonesia yang mayoritas beragama Islam? (akbar, pambudi)

12 September, 2008

Adabut Taamul Fil Jamaah (Adab Berinteraksi Dalam Jamaah)

Sesungguhnya jika engkau tidak bersama mereka, maka engkau tidak akan bersama orang-orang selain mereka. Sementara jika mereka tidak bersamamu, mereka tetap eksis bersama yang lain.”

Kata-kata salafus shaleh di atas menyadarkan kita tentang kebutuhan kita akan jamaah dan untuk senantiasa berada dalam ruang lingkupnya, karena bila kita tidak lagi bersama mereka, tidak mungkin kita bergaul dengan orang-orang yang standarnya di bawah mereka. Sementara jamaah dan mereka yang ada di dalamnya akan terus eksis dan berjalan dengan atau tanpa kita. Gamblangnya, masuk dan keluarnya kita dari jamaah tidak akan berpengaruh banyak apalagi sampai mengguncangkan jamaah. Dengan kata lain bila kita keluar dari jamaah, kitalah yang merugi. Sementara bagi jamaah boleh dibilang hampir tidak ada kerugian, karena begitu banyak yang siap menggantikan kita.

Karena itu keberadaan kita di dalam jamaah adalah anugerah Allah yang harus disyukuri dan dipelihara. Salah satu upaya menjaga karunia kesertaan kita dalam jamaah adalah dengan senantiasa berinteraksi secara intensif dengan dakwah itu sendiri dan semua elemen-elemen dakwah atau elemen jamaah.

Yang terpenting tentu saja adalah dengan dakwah atau jamaah itu sendiri, kemudian dengan mas’ul atau naqib. Berikutnya dengan sesama ikhwah atau a’dha jamaah. Lalu dengan para muayyid dan akhirnya dengan sang murabbi yang menghantarkan kita ke dalam jamaah.

A. Ma’ad Dakwah (Interaksi dengan dakwah)
1. At-takhally ‘an shillati bi ayyi haiatin aw jamaa’atin. Melepaskan diri dari segala keterikatan dengan lembaga-lembaga atau jamaah- jamaah lainnya (terutama apabila diminta oleh jamaah untuk melakukan itu). Salah satu arkanul ba’iah dalam jamaah kita adalah tajarrud yang penjabarannya adalah kita memberikan loyalitas, keterikatan dan ketaatan kita secara total kepada jamaah. Kalaupun kita memiliki kritik-kritik yang konstruktif terhadap jamaah bukan karena kita tidak tsiqah atau bahkan melirik jamaah lain. Sehingga bila jamaah menilai kita harus memutuskan ikatan dengan yayasan atau jamaah tertentu, karena dinilai membahayakan, seyogianyalah kita menerima dan menaati. Kecuali bila jamaah menugaskan di lembaga atau jamaah tertentu untuk tujuan tertentu (On mission).

2. Ihyaa’ul aadaatil Islamiyah (Menghidupkan kebiasaan-kebiasan Islam). Tujuannya adalah agar kita tetap terpelihara di dalam ruang lingkup jamaah dengan hidayah yang diberikan Allah. Di antara usaha untuk terus meningkatkan kualitas keislaman dan keimanan adalah dengan selalu menghidupkan kebiasaan-kebiasaan Islami seperti menyebarkan salam, membaca doa-doa harian, mendahulukan anggota tubuh yang kanan dan lain-lain. Karena hanya dengan berupaya meningkatkan kualitas diri sajalah kita akan tetap terjaga, kebersamaannya dengan jamaah, dengan homogenitas kebaikan yang dimilikinya.

3. Ta’arruf alal ikhwati dua’ti ma’rifat taamati wayaal’aksa. Berkenalan dengan para du’at dengan pengenalan yang sempurna dan sebaliknya mereka juga mengenal kita dengan sempurna. Selain untuk menunaikan hak-hak dan kewajiban ukhuwah, perkenalan yang intensif dan sempurna dengan para duat akan membuat kita dapat saling berkaca dan memacu diri. Apalagi dengan para ikhwah yang lebih dulu memasuki jamaah dibanding kita. Bukankah Rasulullah saw. bersabda, “Al-mu’minu mir’ah li akhihi” (mu’min cermin bagi saudaranya).

4. Adaaul waajibaatil maaliyyah (zakat, infak dsb) Menunaikan kewajiban-kewajiban maaliyah seperti zakat, infaq, ta’awun dll). Tak pelak lagi masalah ekonomi, maisyah atau maaliyah adalah hal yang penting yang harus diperhatikan oleh a’dha jamaah. Untuk menunaikan kewajiban maaliyah di dalam Islam dan jamaah seperti zakat, ta’awun, infaq dan lainnya tentu saja harus diwujudkan dulu karateristik qaadirun alal kasbi di dalam diri a’dha tersebut.

5. Nasyrud dakwah fi kulli makaan wa ahli alaa dzaalik. Menyebarkan dakwah di setiap tempat dan membentuk keluarga-keluarga dakwah. Pembentukan pribadi muslim di dalam jamaah dimaksudkan tidak saja membuat seorang muslim menjadi saleh tetapi juga harus muslih. Jadi tidak hanya sekadar mengupayakan nilai-nilai kebaikan melekat dalam dirinya, melainkan juga mengupayakan agar keluarga dan masyarakatnya pun terwarnai oleh nilai-nilai kebaikan tersebut. Bahkan harus pula menjadikan keluarga sebagai pendukung-pendukungnya yang utama dalam dakwah.

6. At-ta’arrufu alaal harakati Islamiyah. Mengenal harakah-harakah Islam. Keberadaan kita sebagai a’dha di dalam jamaah ini tentu saja harus membuat kita semakin mengenal jamaah kita, sejarah, visi dan misinya, tokoh-tokohnya dll., sebagai sebuah harakah Islam. Dan sebagai bahan pembanding kita juga perlu mengenal harakah-harakah Islam lainnya.

B. Ma’an Naqib
Naqib atau qiyadah dalam dakwah memiliki hak seorang bapak dalam ikatan hati, hak seorang ustadz dalam hal menambah dan mentransfer ilmu, hak seorang syekh dalam memberikan tarbiyah ruhiyah dan akhirnya hak seorang komandan dalam menentukan atau memberikan kebijakan-kebijakan umum di lapangan dakwah.

Dalam proses interaksi dengan naqibnya, seorang adha atau al akh dituntut supaya bisa berhubungan dengan baik sebagai perwujudan keqiyadahan yang terdekat dengannya. Di antaranya ialah memperhatikan hak-hak naqib seperti tersebut di atas. Selain itu juga berusaha memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. Tha’at. Seorang a’dha hendaknya senantiasa taat melaksanakan perintah-perintah dan arahan-arahannya dalam kondisi senang atau susah serta sulit dan mudah.

2. Tsiqah. Seorang akh dikatakan tsiqah kepada naqibnya jika ia memiliki ketenangan dan ketenteraman jiwa terhadap apa-apa yang datang dari sang naqib Ia tidak pernah ragu- ragu terhadap arahan yang datang darinya.

3. Iltizam. Seorang adho harus berupaya menjaga, melanggengkan iltizam atau komitmennya kepada naqib dan jamaah dengan jalan keterbukaan menginformasikan kondisi diri secara obyektif, sehingga terjaga pula hubungan ruhiyah dan amaliyah dalam ruang lingkup berjamaah.

4. Memiliki sikap ihtiram (menghormati) naqib. Bukanlah suatu ciri feodalisme jika kita menghormati atasan kita yang layak dihormati. Apalagi ia berfungsi sekaligus sebagai orang tua, guru, syekh dan qaid. Bukankah Islam mengajarkan kita menghormati orang yang lebih tua dari kita dan banyak memberikan kebaikan untuk kita seperti orang tua, guru, syekh dan komandan.

5. Memberi nasihat, masukan, saran dan kritik secara halus dan sembunyi-sembunyi alias tidak di depan orang lain. Memang tak bisa dipungkiri, naqib adalah juga manusia biasa yang punya kekurangan dan kelemahan, namun bila kita ingin mengkritisi atau memberi masukan hendaknya dengan memperhatikan adab agar martabat atau izzahnya sebagai naqib tidak terlecehkan di hadapan orang lain.

C. Ma’al ikhwah
Terhadap sesama ikhwah atau a’dha jamaah kita pun dituntut untuk memiliki adab yang benar dalam berinteraksi. Beberapa hal di bawah ini penting diwujudkan dalam interaksi dengan sesama ikhwah agar suasana ukhuwah benar-benar tercipta di dalam jamaah kita.

1. Selalu husnuz zhan (bersangka baik) dan bahkan berusaha mencarikan alasan untuk membelanya jika ada orang lain yang menghujat ikhwah kita.
2. Memperlihatkan mahabbah atau rasa cinta pada mereka dan berusaha menahan emosi atau memaklumi kebodohan-kebodohan mereka.
3. Mendoakan mereka ketika kita berpisah atau sedang tidak bersama mereka. Dalam hadis disebutkan doa seorang muslim untuk saudaranya ketika berpisah atau sedang tidak bersamanya mustajab. Di sisi kepalanya ada malaikat yang setiap kali ia berdoa untuk saudaranya meminta kebaikan berkata malaikat: Amin dan bagimu hal yang seperti itu pula..
4. Tanashur, tolong-menolong sesama ikhwah sebagai realisasi ukhuwah. “Tolonglah saudaramu yang berbuat zhalim atau dizhalimi,” yakni engkau menghalanginya dari berbuat kezhaliman atau membebaskannya dari keteraniayaan.
5. Mengakui dan menghargai bantuan mereka di waktu lapang dan sempit, serta merasakan dan menyadari bahwa kekuatannya, tidak dapat bergerak dengan sendirinya tanpa andil dan bantuan ikhwah lainnya seperti problem yang dialami dalam masalah maisyah, penyimpangan atau terkena fitnah.
6. Tidak menyukai atau tidak rela jika saudaranya berada dalam bahaya dan bersegera berbuat untuk mencegah atau menolak dan menyelamatkan saudaranya tersebut dari bahaya.
7. Memberikan tadhiyah (pengorbanan) terhadap sesama ikhwah. Hasan Basri, ”Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini, kecuali tiga hal; Pertama saudaramu yang kau dapati berkelakuan baik. Kedua apabila engkau menyimpang dari jalan kebenaran ia meluruskanmu dan mencegahmu dari keburukan. Tidak ada seorang pun selainnya yang mengontrolmu. Ketiga shalat berjamaah menghindarkanmu dari melupakannya dan meraih ganjarannya.”

D. Ma’al Mu’ayidin (Bersama Muayid)
Seorang a’dha jamaah adalah seorang murabbi bagi para muayidinnya. Ia menjadi pintu gerbang yang akan menghantarkan muayidnya ke dalam jamaah. Agar bisa menjadi daya tarik dalam merekrut dan menghantarkan muayidnya ke dalam jamaah, ia dituntut agar bisa berinteraksi dengan baik dan tepat dengan mua’yidnya di antaranya ialah:

1. Menghargai dan menempatkan diri muayid secara seimbang atau proporsional. Mereka bukan segala-galanya atau yang paling hebat dan penting sehingga seolah olah tidak akan ada yang dapat menggantikan mereka. Tetapi tidak pula meremehkannya, merendahkannya atau menempatkannya secara tidak proporsional di tempat yang tidak bernilai atau rendah dan tidak sesuai dengan mereka. Sehingga terkesan tidak menghargai potensi dan bakat mereka.
2. Mendahulukan hal yang paling penting di atas hal yang paling penting atau menggunakan skala prioritas. Dan yang pertama harus dilakukan adalah menumbuhkan akidah di hatinya.
3. Berhemat dalam menasihati muayyid sehingga bisa masuk dan meresap.
4. Meninggalkan cara-cara yang keras atau kasar walau dengan hujah yang benar.
5. Menghindari jawaban langsung atau to the point dan sanggahan yang ketus atau mematahkan.
6. Menghindari penghancuran potensi dalam meng’ilaj atau mengatasi permasalahan ringan atau dengan jalan membebani dengan beban berat yang tidak proporsional dan tidak mendidik.
7. Hati-hati terhadap pemborosan tenaga. Hendaknya kita memperhatikan tingkat kecerdasan dan ilmu muayyid kita sehingga tidak perlu berpanjang-panjang dalam membahas hal yang sudah jelas.
8. Setiap perkataan memiliki tempatnya masing-masing dan setiap tempat memiliki jenis perkataan yang cocok. Rasulullah saw. bersabda: “Berbicaralah pada manusia sesuai dengan kemampuan akal mereka.”
9. Mempelajari kondisi mereka dan mengenali permasalahan –permasalahan mereka misalnya ia sebagai murabbi tidak langsung mencerca bila mad’u terlambat datang karena boleh jadi ada uzur syar’i yang tidak bisa diatasinya. Kemudian tidak mendikte dalam pekerjaannya dan tidak membebaninya dengan beban yang tidak sanggup ditanggungnya, karena pepatah mengatakan bahwa Madinah tidak dibangun dalam waktu satu hari.
10. Jadilah teladan baginya dalam segala situasi.
11. Kontinyu mendakwahinya sampai tampak hasilnya.

E. Ma’al Murabbi
Seorang akh atau a’dha bisa masuk ke dalam jamaah adalah karena jasa murabbinya. Hal itu tidak akan pernah terhilangkan dari catatan malaikat Raqib, sehingga seyogianyalah tidak terhapus dari benak a’dha tersebut.
1. Menghormati mereka karena bagaimanapun Allah telah menjadikan mereka sebagai sebab tergabungnya kita menjadi a’dha jamaah ini. Dengan kata lain merekalah yang telah menghantarkan kita masuk ke dalam jamaah ini, walaupun kini kita telah menyamai atau bahkan mungkin melebihi atau melampaui mereka dalam hal wazhifah tanzhimiyah misalnya.
2. Sesungguhnya mereka tetap gurumu dan bukan mantan guru atau sekadar orang yang pernah menjadi gurumu.
3. Terus mengingat-ingat kebaikan mereka dan melupakan kelemahan-kelemahan mereka jika memang ada.
Jika kesemua interaksi dengan keseluruhan elemen jamaah itu terjalin dengan baik, insya Allah akan terpeliharalah kekokohan iltizam kita dengan jamaah itu sendiri. Wallahu a’lam

10 September, 2008

Berlomba Melakukan Kebaikan

Di dalam Al-Qur’an, baik atau kebaikan menggunakan kata ihsan, birr dan ishlah. Kata ihsan (ahsan dan muhsin) bisa dilihat pada firman Allah:

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS 4:125)

Bila dikaitkan dengan definisi ihsan dalam hadits kedatangan Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, maka ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang karena merasakan kehadiran Allah dalam dirinya atau dia merasa diawasi oleh Allah SWT yang membuatnya tidak berani menyimpang dari segala ketentuan-Nya.

Sedangkan kata baik dalam arti birr bisa dilihat pada firman Allah:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu ke timur maupun ke barat yang disebut suatu kebaikan, tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab dan nabi-nabi serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS 2:177).

Bila kita kaji ayat-ayat tentang kata al birr, termasuk ayat di atas, maka akan didapat kesimpulan bahwa kebaikan itu seperti menurut Mahmud Syaltut dalam tafsirnya dibagi menjadi tiga, yakni birr dalam aqidah, birr dalam amal dan birr dalam akhlak.

Adapun kata baik dengan menggunakan kata ishlah terdapat dalam banyak ayat, misalnya pada firman Allah:

فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: mengurus urusan mereka secara patut adalah baikز (QS 2:220)
Istilah ishlah (berlaku baik) digunakan dalam kaitan hubungan yang baik antara sesama manusia. Dalam Ensiklopedia Hukum Islam, jilid 3 hal 740 dinyatakan: “Ishlah merupakan kewajiban umat Islam, baik secara personal maupun sosial. Penekanan ishlah ini lebih terfokus pada hubungan antara sesama umat manusia dalam rangka pemenuhan kewajiban kepada Allah SWT”.

Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Namun, kemuliaan manusia ternyata tidak terletak pada keindahan fisiknya. Kalau manusia dianggap mulia dengan sebab badannya yang besar, tentu akan lebih mulia binatang ternak seperti sapi, kerbau, unta, gajah dan sebagainya yang memiliki berat badan jauh lebih berat. Karenanya bila manusia hanya mengandalkan kehebatan dan keagungan dirinya pada berat badan, maka dia bisa lebih rendah kedudukannya daripada binatang ternak yang kemuliaannya terletak pada berat badannya. Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS 7:179)

Oleh karena itu, kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal shaleh atau kebaikannya dalam bersikap dan bertingkah laku, di manapun dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya, semakin banyak perbuatan baik yang dilakukannya, maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT. Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana firman Allah:

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 2:148).

Jalan Menuju Amal Baik
Meskipun kebaikan kita sadari sebagai sesuatu yang harus kita laksanakan, ternyata hanya sedikit orang yang antusias untuk melakukan kebaikan itu. Karena itu, ada beberapa hal yang bisa dijadikan resep bagi seseorang agar bersemangat melakukan kebaikan.

Niat Yang Ikhlas
Niat yang ikhlas merupakan faktor penting dalam setiap amal. Karena di dalam Islam, niat yang ikhlas merupakan rukun amal yang pertama dan terpenting. Niat yang ikhlas karena Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat seseorang memiliki perasaan yang ringan dalam mengerjakan amal-amal yang berat sekalipun, apalagi bila amal kebaikan itu tergolong amal yang ringan. Sedangkan tanpa keikhlasan, jangankan amal yang berat, amal yang ringan pun akan terasa berat. Di samping itu, keikhlasan akan membuat seseorang berkesinambungan (istimrar) dalam melakukan amal kebaikan. Orang yang ikhlas tidak akan bertambah semangat hanya karena dipuji dan tidak akan melemah karena dicela. Adanya pujian atau celaan tidak akan mempengaruhi semangatnya dalam melakukan kebaikan.

Cinta Kebaikan Dan Orang Baik.
Seseorang akan antusias melaksanakan kebaikan manakala pada dirinya terdapat rasa cinta pada kebaikan. Karena mana mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan apabila dia sendiri tidak suka pada kebaikan itu. Oleh karena itu, rasa cinta pada kebaikan harus kita tanamkan ke dalam jiwa kita masing-masing sehingga kita menjadikan setiap bentuk kebaikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Sehingga kebaikan akan selalu menyertai kehidupan ini.

Di samping cinta kepada kebaikan, agar kita suka melakukan kebaikan, harus tertanam juga di dalam jiwa kita rasa cinta kepada siapa saja yang berbuat baik. Hal ini akan membuat kita ingin selalu meneladani dan mengikuti segala bentuk kebaikan, siapa pun yang melakukannya. Allah SWT telah menyebutkan kecintaan-Nya kepada siapa saja yang berbuat baik, karenanya kita pun harus mencintai mereka yang berbuat baik, Allah berfirman:

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. (QS 2:195)

Merasa Beruntung Bila Melakukan Kebaikan
Berbuat baik merupakan sesuatu yang sangat mulia dan seseorang akan bersemangat melakukan kebaikan apabila dengan kebaikan itu dia merasa yakin memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh manusia bila ia berbuat baik.

Pertama, selalu disertai oleh Allah SWT, lihat QS 16:128.

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Kedua, menambah kenikmatan untuknya, lihat QS 2:58. 7:161.33:29.

وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ

Ketiga, dicintai Allah, lihat QS 7:161. 5:13. 2:236. 3:134. 3:148. 5:96.

وَإِذْ قِيلَ لَهُمُ اسْكُنُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ وَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُولُوا حِطَّةٌ وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا نَغْفِرْ لَكُمْ خَطِيئَاتِكُمْ سَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ

Keempat, memperoleh rahmat Allah, lihat QS 7:56. Kelima, memperoleh pahala yang tidak disia-siakan Allah SWT, lihat QS 9:120. 11:115. 12:56. Keenam, dimasukkan ke dalam surga, lihat QS 5:85. 39:34. 6:84. 12:22. 28:14. 37:80.

Merasa Rugi Bila Meninggalkan Kebaikan
Apabila seseorang merasa beruntung dengan kebaikan yang dilakukannya karena sejumlah keutamaan yang disebutkan dalam Al-Qur’an, maka bila seseorang tidak berbuat baik dia akan merasa sangat rugi, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Bagi seorang mukmin, bagaimana mungkin dia tidak merasa rugi bila tidak melakukan kebaikan, karena kehidupan ini memang harus dijalani untuk mengabdi kepada Allah SWT yang merupakan puncak dari segala bentuk kebaikan yang harus dijalani.

Manakala di dunia ini seseorang sudah merasa rugi, maka di akhirat pun dia akan merasa rugi, karena apa yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya di dunia akan sangat berpengaruh pada kehidupannya di akhirat, karena kehidupan akhirat pada hakikatnya adalah hasil dari kehidupan di dunia. Bila seseorang berlaku baik di dunia, dia akan memperoleh keberuntungan di akhirat di samping keberuntungan di dunia, sedangkan bila seseorang tidak melakukan kebaikan di dunia, maka dia akan memperoleh kerugian di dunia dan penyesalan yang sangat dalam di akhirat kelak sebagai akibat dari pengabaian nilai-nilai Islam, Allah SWT berfirman yang artinya: Barang siapa mencari selain Islam sebagai agamanya, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
(QS 3:85)

Meneladani Generasi Yang Baik
Perbuatan baik dan yang lebih baik lagi akan dilakukan oleh seorang muslim apabila dia mau meneladani orang yang berbuat baik. Hal ini menjadi penting karena dengan demikian dia menyadari bahwa meskipun ia merasa sudah banyak perbuatan baik yang dilakukannya, tetap saja dia merasa masih sedikit dibanding orang lain yang jauh lebih baik dari dirinya. Sehingga akan memicu semangatnya untuk berbuat baik yang lebih banyak lagi. Karena itu, idealnya seorang mukmin bisa menjadi seperti cermin bagi mukmin lainnya sehingga manakala seseorang mengenal dan memperhatikan dirinya secara seksama akan terasa begitu banyak kekurangan, termasuk dalam hal berbuat baik.

Memahami Ilmu Kebaikan
Bagi seorang muslim, setiap amal yang dilakukannya tentu harus didasari pada ilmu, semakin banyak ilmu yang dimiliki, dipahami dan dikuasai, maka insya Allah akan makin banyak amal yang bisa dilakukannya. Sedangkan semakin sedikit pemahaman atau ilmu seseorang, akan semakin sedikit juga amal yang bisa dilakukannya. Apalagi orang yang mempunyai ilmu belum tentu secara otomatis bisa mengamalkannya. Ini berarti, seseorang akan semakin terangsang untuk melakukan kebaikan manakala dia memahami ilmu tentang kebaikan itu.

Kebaikan Yang Diterima
Setiap kebaikan yang dilakukan seseorang tentu harus menghasilkan penilaian yang positif dari Allah SWT. Paling tidak, ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama, ikhlas dalam beramal, yakni melakukan suatu amal dengan niat semata-mata karena Allah SWT, atau tidak riya dalam arti mengharap pujian dari selain Allah SWT. Karena itu, dalam hadits yang terkenal, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya.
Kedua, melakukan kebaikan itu secara benar, karena meskipun niat seseorang sudah baik, bila ia melakukan amal dengan cara yang tidak benar, maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh Allah SWT. Sebab hal itu termasuk bagian dari mencari selain Islam sebagai agama, yang jelas-jelas akan ditolak Allah SWT sebagaimana yang sudah disebutkan pada QS 3:85 di atas.
Akhirnya, menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani semata-mata untuk mengabdi kepada Allah SWT (QS 51:56) yang salah satunya terwujud dalam bentuk melakukan kebaikan. Dan masing-masing orang harus berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai perwujudan kehidupan yang baik di dunia dan ini pula yang akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak. Wallahu a’lam.

Nikah

Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya.
Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.Firman Allah Ta'ala.
"Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum : 30).


A. Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

B. Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda :
"Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).

Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda :

"Artinya : Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf : "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".
Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.
Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah.
Islam menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Allah, misalnya ia berkata : "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".
Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya:
"Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (An-Nur : 32).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya :
"Artinya : Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (Hadits Riwayat Ahmad 2 : 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).

Para Salafus-Shalih sangat menganjurkan untuk nikah dan mereka anti membujang, serta tidak suka berlama-lama hidup sendiri.
Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata : "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan". (Ihya Ulumuddin dan Tuhfatul 'Arus hal. 20).

TUJUAN PERKAWINAN DALAM ISLAM
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
Di tulisan terdahulu [bagian kedua] kami sebutkan bahwa perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.


2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
Sasaran utama dari disyari'atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut :
"Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim". (Al-Baqarah : 229).

Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari'at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas :
"Artinya : Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui ". (Al-Baqarah : 230).
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah WAJIB. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal :
a. Harus Kafa'ah
b. Shalihah

a. Kafa'ah Menurut Konsep Islam
Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara pertimbangan agama kurang mendapat perhatian. Masalah Kufu' (sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi saja.
Menurut Islam, Kafa'ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam perkawinan, dipandang sangat penting karena dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami inysa Allah akan terwujud. Tetapi kafa'ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlaq seseorang, bukan status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah memandang sama derajat seseorang baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya melainkan derajat taqwanya (Al-Hujuraat : 13).
"Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujuraat : 13).
Dan mereka tetap sekufu' dan tidak ada halangan bagi mereka untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berfaham materialis dan mempertahankan adat istiadat wajib mereka meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Wanita dikawini karena empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka". (Hadits Shahi Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175).


b. Memilih Yang Shalihah

Orang yang mau nikah harus memilih wanita yang shalihah dan wanita harus memilih laki-laki yang shalih.

Menurut Al-Qur'an wanita yang shalihah ialah :
"Artinya : Wanita yang shalihah ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri bila suami tidak ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)". (An-Nisaa : 34).
Menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah :
"Ta'at kepada Allah, Ta'at kepada Rasul, Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al-Ahzab : 32), Tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahram, Ta'at kepada kedua Orang Tua dalam kebaikan, Ta'at kepada suami dan baik kepada tetangganya dan lain sebagainya".

Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang peranak dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus umat.



4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : "Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab : "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .? Jawab para shahabat :"Ya, benar". Beliau bersabda lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala !". (Hadits Shahih Riwayat Muslim 3:82, Ahmad 5:1167-168 dan Nasa'i dengan sanad yang Shahih).

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman :
"Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?". (An-Nahl : 72).
Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.
Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Kita sebutkan demikian karena banyak "Lembaga Pendidikan Islam", tetapi isi dan caranya tidak Islami. Sehingga banyak kita lihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami, diakibatkan karena pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.
Tentang tujuan perkawinan dalam Islam, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.

TATA CARA PERKAWINAN DALAM ISLAM
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara perkawinan berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah yang Shahih (sesuai dengan pemahaman para Salafus Shalih -peny), secara singkat penulis sebutkan dan jelaskan seperlunya :
1. Khitbah (Peminangan)
Seorang muslim yang akan mengawini seorang muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain, dalam hal ini Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Muttafaq 'alaihi). Dalam khitbah disunnahkan melihat wajah yang akan dipinang (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi No. 1093 dan Darimi).
2. Aqad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi :
a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b. Adanya Ijab Qabul.
c. Adanya Mahar.
d. Adanya Wali.
e. Adanya Saksi-saksi.
Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat.
3. Walimah
Walimatul 'urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaknyadiundang orang-orang miskin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang mengundang orang-orang kaya saja berarti makanan itu sejelek-jelek makanan.
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya". (Hadits Shahih Riwayat Muslim 4:154 dan Baihaqi 7:262 dari Abu Hurairah).
Sebagai catatan penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin, karena ada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang taqwa". (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim 4:128 dan Ahmad 3:38 dari Abu Sa'id Al-Khudri).

SEBAGIAN PENYELEWENGAN YANG TERJADI DALAM PERKAWINAN YANG WAJIB DIHINDARKAN/DIHILANGKAN
1. Pacaran
Kebanyakan orang sebelum melangsungkan perkawinan biasanya "Berpacaran" terlebih dahulu, hal ini biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu, atau masa penjajakan atau dianggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan jenisnya.
Adanya anggapan seperti ini, kemudian melahirkan konsesus bersama antar berbagai pihak untukmenganggap masa berpacaran sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar-wajar saja. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang salah dan keliru. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan dari berintim-intim dua insan yang berlainan jenis, terjadi pandang memandang dan terjadi sentuh menyentuh, yang sudah jelas semuanya haram hukumnya menurut syari'at Islam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Jadi dalam Islam tidak ada kesempatan untuk berpacaran dan berpacaran hukumnya haram.
2. Tukar Cincin
Dalam peminangan biasanya ada tukar cincin sebagai tanda ikatan, hal ini bukan dari ajaran Islam. (Lihat Adabuz-Zafat, Nashiruddin Al-Bani)
3. Menuntut Mahar Yang Tinggi
Menurut Islam sebaik-baik mahar adalah yang murah dan mudah, tidak mempersulit atau mahal. Memang mahar itu hak wanita, tetapi Islam menyarankan agar mempermudah dan melarang menuntut mahar yang tinggi.
Adapun cerita teguran seorang wanita terhadap Umar bin Khattab yang membatasi mahar wanita, adalah cerita yang salah karena riwayat itu sangat lemah. (Lihat Irwa'ul Ghalil 6, hal. 347-348).
4. Mengikuti Upacara Adat
Ajaran dan peraturan Islam harus lebih tinggi dari segalanya. Setiap acara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, maka wajib untuk dihilangkan. Umumnya umat Islam dalam cara perkawinan selalu meninggikan dan menyanjung adat istiadat setempat, sehingga sunnah-sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang benar dan shahih telah mereka matikan dan padamkan.
Sungguh sangat ironis...!. Kepada mereka yang masih menuhankan adat istiadat jahiliyah dan melecehkan konsep Islam, berarti mereka belum yakin kepada Islam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". (Al-Maaidah : 50).
Orang-orang yang mencari konsep, peraturan, dan tata cara selain Islam, maka semuanya tidak akan diterima oleh Allah dan kelak di Akhirat mereka akan menjadi orang-orang yang merugi, sebagaimana firman Allah Ta'ala :
"Artinya : Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Ali-Imran : 85).

5. Mengucapkan Ucapan Selamat Ala Kaum Jahiliyah
Kaum jahiliyah selalu menggunakan kata-kata Birafa' Wal Banin, ketika mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Ucapan Birafa' Wal Banin (=semoga mempelai murah rezeki dan banyak anak) dilarang oleh Islam.
Dari Al-Hasan, bahwa 'Aqil bin Abi Thalib nikah dengan seorang wanita dari Jasyam. Para tamu mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyah : Birafa' Wal Banin. 'Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata : "Janganlah kalian ucapkan demikian !. Karena Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam melarang ucapan demikian". Para tamu bertanya :"Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Abu Zaid ?".
'Aqil menjelaskan : "Ucapkanlah : Barakallahu lakum wa Baraka 'Alaiykum" (= Mudah-mudahan Allah memberi kalian keberkahan dan melimpahkan atas kalian keberkahan). Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Darimi 2:134, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad 3:451, dan lain-lain).
Do'a yang biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan kepada seorang mempelai ialah :
"Baarakallahu laka wa baarakaa 'alaiyka wa jama'a baiynakumaa fii khoir"
Do'a ini berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
'Artinya : Dari Abu hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika mengucapkan selamat kepada seorang mempelai, beliau mengucapkan do'a : (Baarakallahu laka wabaraka 'alaiyka wa jama'a baiynakuma fii khoir) = Mudah-mudahan Allah memberimu keberkahan, Mudah-mudahan Allah mencurahkan keberkahan atasmu dan mudah-mudahan Dia mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad 2:38, Tirmidzi, Darimi 2:134, Hakim 2:183, Ibnu Majah dan Baihaqi 7:148).

6. Adanya Ikhtilath
Ikhtilath adalah bercampurnya laki-laki dan wanita hingga terjadi pandang memandang, sentuh menyentuh, jabat tangan antara laki-laki dan wanita. Menurut Islam antara mempelai laki-laki dan wanita harus dipisah, sehingga apa yang kita sebutkan di atas dapat dihindari semuanya.
7. Pelanggaran Lain
Pelanggaran-pelanggaran lain yang sering dilakukan di antaranya adalah musik yang hingar bingar.
PENUTUP
Rumah tangga yang ideal menurut ajaran Islam adalah rumah tangga yang diliputi Sakinah (ketentraman jiwa), Mawaddah (rasa cinta) dan Rahmah (kasih sayang), Allah berfirman :
"Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu hidup tentram bersamanya. Dan Dia (juga) telah menjadikan diantaramu (suami, istri) rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (Ar-Ruum : 21).

Dalam rumah tangga yang Islami, seorang suami dan istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya, serta harus tahu pula hak dan kewajibannya serta memahami tugas dan fungsinya masing-masing yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Sehingga upaya untuk mewujudkan perkawinan dan rumah tangga yang mendapat keridla'an Allah dapat terealisir, akan tetapi mengingat kondisi manusia yang tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan, sementara ujian dan cobaan selalu mengiringi kehidupan manusia, maka tidak jarang pasangan yang sedianya hidup tenang, tentram dan bahagia mendadak dilanda "kemelut" perselisihan dan percekcokan.
Bila sudah diupayakan untuk damai sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat An-Nisaa : 34-35, tetapi masih juga gagal, maka Islam memberikan jalan terakhir, yaitu "perceraian".
Marilah kita berupaya untuk melakasanakan perkawinan secara Islam dan membina rumah tangga yang Islami, serta kita wajib meninggalkan aturan, tata cara, upacara dan adat istiadat yang bertentangan dengan Islam.
Ajaran Islam-lah satu-satunya ajaran yang benar dan diridlai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ali-Imran : 19).
"Artinya : Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menyejukkan hati kami, dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertaqwa". (Al-Furqaan : 74)

Amiin.
Wallahu a'alam bish shawab.