Search This Blog

27 April, 2015

Tawakkal Untuk Melapangkan Rezeki

Mungkin Anda sudah tahu bahwa tawakkal adalah salah satu amalan pembuka pintu rezeki. Tetapi bagaimana cara bertawakkal dalam ajaran Islam agar tawakkal yang kita lakukan benar-benar dapat melapangkan rezeki? Nah itu mungkin yang Anda ingin tahu.
Sebelumnya mungkin Anda sudah pernah membaca hadis berikut :
Dari Umar bin Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu tawakal kepada Allah dengan ketawakalan yang sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rezeki kepadamu seperti Allah memberikan rezeki kepada burung, pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang dalam keadaan kenyang.” (Hadis riwayat Tirmidzi)

Hadis ini sering sekali dipakai para ulama untuk menjelaskan keutamaan tawakal.
Lanjutan dari hadis tersebut ada pada sabda Rasullullah SAW pada hadis yang lain :

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Akan masuk surga orang-orang yang hati mereka seperti hati burung” (Hadis riwayat Muslim) 
Orang-orang yang bertawakallah yang dimaksud hati mereka seperti hati burung.
Lalu ada beberapa hadis lain yang berkenaan dengan salah satu kunci rezeki ini. Diantaranya adalah :
"Barangsiapa yang kelaparan atau sedang membutuhkan, lalu ia menyembunyikan hal itu dari manusia hingga Ia menyampaikannya kepada Allah Azza Wa Jalla, maka Allah akan membukakan untuknya rezeki setahun yang halal." (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi)
"Barangsiapa yang diuji dengan kefakiran, lalu ia mengeluhkannya kepada manusia, maka kefakirannya tak akan tertutupi. Dan barangsiapa yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan mempercepat kekayaannya, adakalanya dengan kematian yang cepat (yang menyebabkan ia memperoleh warisan) atau kekayaan yang cepat." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al Hakim)
Dalil diatas bahkan secara tegas memberitahukan agar hendaknya para hamba Allah itu menyerahkan urusan hanya kepada Allah saja dan bukan kepada selain Allah termasuk kepada manusia. Dimana Allah berjanji jika urusan tersebut diserahkan kepada Allah maka hamba Allah tersebut akan mendapatkan pertolongan yang selama ini ia dambakan.
Lalu bagaimana cara bertawakkal yang benar, yang dapat melapangkan rezeki selayaknya burung yang disebutkan dalam hadis?
Imam Ahmad memberikan penjelasan mengenai hal ini. Beliau berkata,"Ketahuilah saudaraku, terbang itu adalah kata lain dari usaha keras (ikhtiar). Jika kita ingin mendapatkan rezeki dari Allah, maka kita harus ikhtiar (terbang) secara sungguh-sungguh layaknya burung-burung itu. Dan setelah ikhtiar sungguh-sungguh, hasilnya Allah akan menganugerahi kita rezeki yang melimpah, seperti burung yang lapar pada pagi hari namun pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. Itulah makna dan hakikat tawakkal yang sesungguhnya.
Jadi walaupun tawakal itu artinya adalah menyerahkan urusan kepada Allah. Namun tidak sama halnya seperti kita menyerahkan urusan kepada manusia. Jika kita menyerahkan urusan kepada manusia, maka urusan tersebut ya dikerjakan sepenuhnya kepada orang yang kita pasrahi tugas, kita sama sekali tidak turut campur, pokoknya tahu beres. Namun jika yang kita pasrahi urusan adalah Allah, maka beda ceritanya. Ketika urusan tersebut kita serahkan kepada Allah, maka Allah akan menerima urusan kita dan akan membantu selesainya urusan tersebut. Namun kita diminta untuk berikhtiar dalam menjemput bantuan Allah tersebut. Oleh karenanya bertawakal itu bukan berarti kita meninggalkan ikhtiar, justru dengan bertawakal kita harus menjemput pertolongan Allah dengan berikhtiar.
Imam Ahmad memahami makna tawakkal dengan pemahaman seperti di atas. Bahkan ketika pada suatu kesempatan beliau ditanya salah satu muridnya mengenai tawakkal. Murid tersebut bertanya kepada beliau,"Wahai Syeikh, seperti apa kita harus berikhtiar? Dan sampai batas apa ikhtiar tersebut kita lakukan?". Imam Ahmad tidak menjawab dengan kata-kata pertanyaan tersebut, tetapi beliau mengajak para muridnya untuk pergi ke sebuah lapangan yang cukup luas. Di lapangan itu Imam Ahmad berkata,"Jawabannya adalah dengan mengelilingi lapangan ini, sekarang mari kita semua berlari mengelilingi lapangan ini." Para murid tersebut heran dengan kata-kata sang Imam, namun mereka tetap mengikuti beliau berlari berkeliling lapangan tanpa henti, sampai satu persatu para murid beliau berhenti karena kelelahan hingga tinggal menyisakan Imam Ahmad seorang yang tetap berlari mengelilingi lapangan tersebut. Beliau terus berlari hingga kepayahan dan kelelahan, namun beliau terus berlari hingga staminanya benar-benar terkuras. Hingga akhirnya setelah staminanya benar-benar habis beliau akhirnya tersungkur jatuh dari larinya dan pingsan. Para muridnya lalu membawa tubuh beliau dan mengistirahatkan beliau hingga beliau siuman. Ketika beliau benar-benar siuman, beliau berkata,"Ketika kita bertawakkal, seperti inilah ikhtiar yang musti kita lakukan, sampai batas inilah ikhtiar yang harus kalian lakukan."

Apa yang dilakukan oleh Imam Ahmad ratusan tahun silam mirip dengan konsep Mestakung yang dipaparkan oleh Prof. Yohanes Surya. Entah bagaimana Imam Ahmad kok sampai bisa tahu hukum fisika Mestakung yang muncul di abad 20 ini. Ulama terdahulu memang beda kaliber keilmuannya dibanding ulama zaman sekarang.

Apa itu Mestakung?

Mestakung singkatan dari seMESTA menduKUNG merupakan hukum alam dimana ketika suatu individu atau kelompok  berada pada kondisi kritis maka semesta (dalam hal ini sel-sel tubuh, lingkungan dan segala sesuatu disekitar dia) akan melakukan proses pengaturan diri (self organizing) untuk membantu dia keluar dari kondisi kritis.
Dalam konsep Fisika dijelaskan. Kondisi air mendidih di suhu 100 drajat celcius, air masih belum menunjukkan perubahan apapun, tetapi ketika suhu air mencapai 34 drajat celcius. Terjadilah keanehan. Air membentuk kondisi kritis, yaitu memiliki 2 wujud cair dan gas secara bersamaan. Pada kondisi ini, ketika suhu air dinaikkan sedikit saja, terjadilah proses pengaturan diri dalam molekul-molekul tersebut. Seluruh molekul air mengatur drnya secara serentak mengubah wujud air menjadi uap air (hal 24-25)

Yohanes Surya mengatakan, ketika kita melakukan usaha sangat keras atau usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan keinginan kita, alam semesta akan bekerja membantu kita. Menurut beliau, ini sesuai dengan hukum fisika. Jadi, ketika kita melakukan usaha keras dan sungguh-sungguh, maka alam semesta akan membantu kita, dengan kata lain, kita mengalami Mestakung.

Point Inti dari hukum alam MESTAKUNG menurut Prof. Yohanes Surya adalah :

Ada 3 hukum Mestakung yaitu KRILANGKUN

1. Menempatkan diri dalam kondisi KRItis 

Contoh kasus :
Ada kisah nyata, orang yang dikejar oleh seekor anjing. Lalu orang tersebut refleks langsung berlari sekencang mungkin. Inilah saat dia berada pada kondisi kritis. Dan keanehan pun terjadi, ketika dia masuk di gang buntu, mendadak dia bisa melompat pagar yang tingginya sekitar 2 meter. Dalam kondisi ketakutan, orang itu lari mati-matian (usahanya keras sekali) dan ketika kondisi sudah kritis, secara serentak sel‐sel tubuh mengatur diri (bermestakung) menghasilkan energi ekstra yang mengakibatkan orang itu dapat berlari lebih kencang bahkan mampu melompati pagar tinggi. Padahal dalam kondisi biasa, belum tentu orang itu bisa berlari sekencang itu apalagi melompati pagar setinggi 2 meter..

Nah sekarang bagaimana kalau kita mau sukses dalam urusan finansial? Teruslah berusaha, pokoknya berusaha saja, sekeras mungkin, segiat mungkin, buat diri kita memasuki kondisi kritis, agar terjadi mestakung. Seperti yang dilakukan Imam Ahmad, menunjukkan tawakkal itu mengandung konsep mestakung.

2. meLANGkah

"Ketika Seorang  melangkah, ia akan melihat jalan keluar”

Ketika Anda sudah berada pada kondisi kritis. Anda harus tetap melangkah.  Kalau Anda tidak melangkah Anda akan binasa oleh kondisi kritis itu. Seorang yang dikejar anjing galak (berada pada kondisi kritis) akan binasa jika ia tidak melangkah (lari). Mestakung tidak akan bekerja jika ia diam saja. Ketika kita melangkah itu, kita melihat jalan keluar terbuka.

Tetap berusaha dan terus berusaha sampai usaha terkeras yang bisa kita lakukan. Hukum alam Mestakung akan menjamin alam semesta melakukan proses self organizing atau mengatur dirinya untuk membantu Anda keluar dari kondisi kritis dan mewujudkan keinginan Anda.

3. teKUN

"Ketika seorang tekun melangkah ia akan mengalami mestakung"

Ketika kita tekun melangkah itulah Mestakung akan bekerja habis-habisan untuk kita. Ketekunan dan konsistensi kita dalam melangkah akan merangsang mestakung sehingga apa pun yang menjadi tujuan kita,  akan kita peroleh.

Sebenarnya konsep tawakkal yang bisa melapangkan rezeki itu adalah sesederhana itu.
Berawal dari keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah lah Maha Pemberi Rezeki :
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isra’: 30)

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
Imam Al-qusyairi berkata,"Barangsiapa yang mengetahui bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki, maka ia akan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Zat yang dituju, lalu ia akan berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah dengan selalu bertawakkal kepada-Nya.". Seperti perintah Allah dalam firman-Nya :
Dan jika kamu sudah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.”  (Q.s Al-Imrân:159).
Jika kamu ditolong oleh Allah, maka tidak akan ada yang mampu mengalahkan dan menghinakan kamu. Maka, siapakah yang dapat menolong kamu setelah (pertolongan) Allah? Dan kepada Allahlah orang-orang yang beriman hendaknya bertawakkal.” (Q.s. Ali Imrân: 160).
Jadi saat kita mengetahui bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki, dan Dia-lah yang menentukan dan mengatur rezeki tiap-tiap makhluknya, maka saat kita membutuhkan rezeki maka Dia-lah satu-satunya yang perlu kita tuju.
Saat kita sedang membutuhkan rezeki, maka Allah perintahkan kita untuk bertawakkal. Artinya Allah ambil alih urusan kita dalam usaha mencari rezeki, Dia akan melapangkan rezeki kita, Dia akan menyiapkan pertolongan untuk kita, tapi pertolongan yang dijamin oleh Allah itu tidaklah diberikan secara cuma-cuma, perlu ikhtiar agar Allah berkenan menyerahkan pertolongan dan rezeki itu kepada kita. 
Ada kalanya ikhtiar yang harus kita lakukan itu sangat berat, membutuhkan waktu yang lama, jalan yang terjal dan penuh lika-liku, serta perlu perjuangan yang melelahkan hanya agar dinilai layak oleh Allah. Itulah sebabnya wujud pertolongan dan jalan rezeki setiap orang yang bertawakkal kepada Allah itu berbeda-beda dan tidaklah sama satu sama lain.
Sekali lagi konsep tawakkal untuk melapangkan rezeki itu sederhana.
Anda Punya Keinginan / Hajat => Hati Kita Bertawakkal Kepada Allah => Ikhtiar Habis-Habisan => Mestakung terjadi => Hajat Tercapai.
Sesimpel itulah konsepnya.
Yang berat itu proses saat menjalaninya.
Ada kalanya prosesnya itu berat bukan kepalang.
Tapi itulah cara yang diminta oleh Rabb kita.
Yang kita perlukan adalah sabar dalam menjalani prosesnya.
Dan selalu ingat bahwa di ujung proses itu ada pertolongan Allah.
 
sumber : http://ayat1000dinar.blogspot.com


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1150394414051160"
     crossorigin="anonymous"></script>