Search This Blog

28 March, 2008

Ila Ayyi Syain Nad’un-Naas

Risalah:Ila Ayyi Syain Nad’un-Naas

Abstraksi: Risalah ini ditulis oleh Imam syahid Hasan Al-Bana pada tahun 1936. Berintikan hakikat dakwah Ikhwan, karakter dan tujuan. Sebagaimana risalah ini berisi penjelasan tentang permasalahan umat masa kini dan terapi yang ditawarkan Ikhwan. Di samping terdapat pesan-pesan dakwi dan tarbawi untuk para kader Ikhwan, agar tetap tegar di jalan Dakwah ilallah.
Ila Ayyi Syain Nad’un-Naas (1) Dakwah Ikhwan, Dakwah Islamiyah
Dakwah Ikhwan adalah dakwah Islamiyah murni; Dasar perjuangannya, inti dakwahnya, cara dan sarananya tidak lepas dari norma dan nilai-nilai Islam, karena Ikhwan yakin benar, bahwa Islam adalah agama yang menghantarkan umat manusia kepada kesejahteraan, ketenteraman dan kebahagiaan hidup.
Islamiyah Dakwah Ikhwah dapat dicermati dari beberapa indikasi sebagai berikut:
Ikhwan menjadikan Alquran sebagai tolak ukur dan sumber kejelasan langkah Dakwah Ikhwan yang meliputi metode dan sarana yang digunakan. Alquran sebagai tolak ukur dan sumber pergerakan, karena Alquran bak “lautan dari mana kita meraup mutiara kecemerlangan dan referensi kepada mana kita menentukan hukum. Alquran adalah kitab sempurna yang padanya Allah memadukan dasar-dasar kepercayaan, kaidah-kaidah perbaikan sosial, prinsip-prinsip umum hukum keduniaan, serta sederet perintah dan larangan”.
Ikhwan yakin seyakin-yakinnya, bahwa Allah adalah tempat bersandar, hanya Allah sebagai pelindung orang-orang beriman, Dia sebagai penolong orang-orang yang berbuat kebaikan, Pembela orang-orang tertindas, yang diperangi di negeri mereka sendiri bahkan diusir dari negeri mereka. Baca dan renungkanlah ayat-ayat berikut:

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Sesungguhnya Allah adalah Pelindung orang-orang beriman. (QS. Al-Baqarah: 257)

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

Sesungguhnya Allah niscaya akan menolong orang yang menolong agama-Nya. (QS. Al-Hajj: 40)

قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ

Allah adalah Pelindung orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. (QS. Ali Imran: 25)

بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ

Tetapi ikutilah Allah pelindungmu, Dialah sebaik-baik Pelindung. (QS. Ali Imran: 150)

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah) (QS. Al-Maidah: 54)

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami. Dan hanyalah kepada Allah orang-orang mukmin harus bertawakkal. (QS. At-Taubah: 51)

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Bagi Allahlah al-Izzah (kekuatan yang agung) dan bagi Rasul-Nya serta bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya. (QS. Al-Munafiqun: 8)
Keyakinan tersebut manakala tertancap pada diri setiap kita, niscaya akan mengangkat jiwa kita menuju ketinggian, meniupkan semangat kebangkitan bersama semua orang yang senantiasa berbuat dan berkarya di jalan Allah, untuk menghantarkan kita menjadi Robbani, dimana hubungan kita dengan Allah terus terpaut dan selalu kepada-Nya kita menisbatkan nasab,

وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ

Akan tetapi dia berkata: Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran: 79)
Keyakinan tersebut juga akan melahirkan sikap optimis, bahwa keberhasilan dari Allah akan datang. Setiap akh beraktivitas tanpa rasa takut kepada siapa pun selain kepada-Nya. “(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, maka takutlah kalian dari mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka seraya mereka berkata: Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung” Ali Imran: 173.
Ikhwan memandang, bahwa kebangsaan kita adalah nasab universal. Dengan menisbatkan nasab (berafiliasi) kepada Allah, berarti matinya fanatisme kesukuan yang telah banyak mewariskan mala petaka. Dengan akidah seperti ini Ikhwan hidup dan rela mati karenanya. Dan hanya di sana mereka menemukan segala impian jiwa mereka akan kesenangan, kebahagiaan dan kebenaran serta keindahan.

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid: 16).

Misi hidup setiap muslim sebagaimana dipersepsikan Ikhwan adalah mengabdikan diri hanya kepada Allah dengan sikap ruku, sujud, melakukan amal kebajikan terhadap sesama, bermujahadah secara ikhlas serta berjihad di jalan Allah swt secara sungguh-sungguh, dengan cara menyebarkan dakwah Islam kepada segenap umat manusia, jika mereka menolak dakwah dan bersikap tiran serta melakukan kezhaliman, maka pedanglah bagi mereka. “Kalau manusia menolak hujjah dan bersikap tiran, perang lebih baik bagi dunia dari kedamaian”; karena Jihad merupakan kekuatan untuk membela kebenaran. “Kekuatan adalah jalan yang paling aman untuk memunculkan kebenarann. Sungguh suatu keindahan yang sempurna bila suatu saat kekuatan bisa berjalan beriringan dengan kebenaran”. Firman Allah:

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. At-Taubah: 41).

Apa di balik perintah Jihad? Allah telah memilih orang-orang mukmin untuk menjadi pemimpin (huwajtabaakum) bagi seluruh umat manusia, sebagai penjaga ajaran-Nya, khalifah di muka bumi dan sebagai pewaris dakwah para Rasul-Nya. Karena itu hendaknya mereka menjadi satu barisan, satu kekuatan dan menjadi pasukan pembebas yang akan menyelamatkan mereka ke jalan yang lurus.

Demikian beberapa indikasi penting yang memberikan makna, bahwa dakwah Ikhwan adalah dakwah Islamiyah, tujuan, langkah-langkah dan cara tidak menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai Islam sebagaimana diturunkan Allah swt untuk umat manusia.
Karenanya, setiap kader Ikhwan, hendaknya senantiasa melakukan introspeksi diri agar langkah-langkah kehidupannya dan kerja-kerja dakwah sesuai dengan al-Islam, yang akan membawanya kepada keridhaan Allah swt.

Ila Ayyi Sayin Nad’un-Naas 2 (Tujuan Dakwah Ikhwan)
Tujuan Dakwah Ikhwan terangkum dalam firman Allah swt:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

Wahai orang-orang beriman ruku’, sujudlah dan sembahlah Rabbmu, lakukan kebaikan (terhadap sesama), agar kamu mendapat keberuntungan . Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. Ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) di dalam Alquran ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong (QS. Al-Hajj: 77-78).
Sangat jelas tujuan Dakwah Ikhwan, yaitu membawa umat manusia ke jalan kebenaran, membimbing mereka ke jalan kebaikan, menerangi seluruh penjuru dunia dengan nur al-Islam. Kemuliaan tujuan Dakwah ini akan semakin nampak dengan jelas ketika kita cermati tujuan hidup yang sebenarnya, yakni “Memberikan pengabdian total kepada Penguasa alam semesta yaitu Allah swt, dengan memberikan loyalitas kepada-Nya dan kepada ajaranNya secara konsisten, untuk menggapai Ridho Allah swt yang merupakan puncak kebahagiaan yang hakiki. Ikhwan berperan dan bertugas untuk membantu menghantarkan manusia ke pintu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersebut.
Sungguh berat…., berat…, memang berat dan sangat berat

إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat”
(QS. Al-Muzammil: 5)
Lengah dari tugas mulia ini, manusia akan terjerumus ke arah tujuan-tujuan yang membawa mereka kepada kesengsaraan dalam kehidupan. Di antara mereka yang tujuan hidup hanya mencapai kesenangan duniawi semata, kerjanya hanya makan dan kesenangan lainnya, sebagaimana firman Allah

وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ

“..dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya hewan-hewan, neraka adalah tempat kembali mereka” (QS. Muhammad: 12).
Ada pula yang tujuan hidupnya menyebarkan fitnah, tuduhan bohong, kejahatan dan membuat kerusakan, meskipun mereka seringkali mengaku sebagai “reformis”.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan jika ia berpaling (darimu) ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak dan Allah tidak menyukai kerusakan” (QS. Al-Baqarah: 204-205).
Dalam ayat 78 al-Hajj di atas juga dijelaskan, bahwa tugas mengemban dalam mencapai tujuan mulia ini diamanatkan kepada umat Islam yang diberikan predikat “Ummatan Wasathan” dan “Khairu Ummah Ukhrijat Lin-Naas”. Allah menegskan kembali di dalam firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“Wahai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan, Tuhanmu agungkanlah, pakaianmu bersihkanlah…” (QS. Al-Muddatsir: 1-4).
Realitanya, apakah kaum muslimin telah memahami makna tersebut dari Alquran sehingga jiwa dan ruh mereka naik ke langit ketinggian, terbebas dari perbudakan meterialisme, bersih dari syahwat dan ambisi dunia, mengarahkan wajah dengan lurus kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, menegakkan kalimat-Nya dan berjuang di jalan-Nya, menyebarkan agama dan membela syariat-Nya? Ataukah mereka justru telah menjadi tawanan syahwat dan budak keserakahan, di mana mereka hanya memikirkan makanan lezat, kendaraan megah, perhiasan mewah, tidur nyenyak, istri cantik, penampilan parlente dan gelaran-gelaran palsu?

Mereka sudah cukup senang dengan mimpi-mimpi
Dan teruji dengan keberuntungan
Mereka bilang menyelami laut perjuangan
Tapi mereka toh tak teruji

Sungguh benar ketika Rasulullah saw bersabda:

تعس عبد الدينار ، تعس عبد الدرهم ، تعس عبد القطيفة

Celakalah hamba dinar (uang emas), celakalah hamba dirham (uang perak), celakalah hamba selimut (dari sutera).
Sehingga sangat jelas, bahwa tujuan dakwah Ikhwan adalah memimpin dunia dan membimbing manusia kepada ajaran Islam yang syamil, dimana manusia tidak mungkin menemukan kebahagiaan selain dari Islam.
Tujuan ini adalah tujuan yang dijelaskan di dalam Alquran, hadits Nabi saw dan sikap serta perilaku generasi awal Islam, yang telah menghantarkan peradaban Islam ke panggung kejayaan dalam sejarah peradaban dunia.
Untuk tujuan inilah setiap akh bekerja dengan penuh kesungguhan. Betapa tidak…, mereka adalah pemuda Ikhwan, begadang ketika semua orang tertidur lelap, mereka gelisah di saat semua orang lengah. Lihatlah, seorang dari mereka duduk bekerja, berijtihad dan berfikir keras di kantornya sejak sore hingga larut malam. Dalam hari-hari di sepanjang bulan ia terus melakukan itu. Sampai ketika akhir bulan tiba, ia pun mengumpulkan pendapatannya untuk kemudian menginfakkannya bagi Jamaah dan Dakwahnya. Ia menjadikan hartanya sebagai sarana mencapai tujuan suci dakwah ini. Seakan-akan lisannya yang suci hendak berkata kepada kaumnya yang tidak pernah mengetahui betapa besar pengorbanannya, “Tak ada ganjaran yang kuharap dari kalian. Aku hanya mengharap pahala dari Allah”.
Mereka adalah rahib di malam hari dan penunggang kuda di siang hari, dengan kekuatan akidahnya mereka melaksanakan kewajiban individunya sebagaimana mengerjakan kewajiban sosial; sebab mereka yakin benar bahwa kewajiban individu adalah sarana menuju terlaksananya kewajiban sosialnya. Setiap mereka tidak dibenarkan meninggalkan kewajiban-kewajiban individu dengan alasan sibuk melaksanakan kewajiban-kewajiban sosial, sebagaimana tidak dibenarkan meninggalkan kewajiban sosialnya dengan alasan sibuk dengan kewajiban individunya. Sungguh suatu formula kebijakan yang seimbang dan sempurna.
Beribadah kepada Allah, berjihad menegakkan agama dan meninggikan-Nya adalah misi kaum muslimin dalam kehidupan. Jika mereka melaksanakan dengan baik, niscaya akan memperoleh kemenangan. Tetapi jika mereka hanya melaksanakan sebagiannya atau bahkan melalaikan semuanya, maka cukuplah bagi mereka untuk merenungkan ayat berikut:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenarnya (QS. Al-Mu’minun: 115-116).
Renungkan pula peringatan dari Rasulullah saw dalam haditsnya:
“Kalau manusia mulai kikir dengan dinar dan dirham, melakukan jual beli dengan cara riba, mengikuti ekor sapi (umat lain, Yahudi dan Nasrani) dan meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah akan memasukkan kehinaan ke dalam diri mereka. Dan tidak akan menghilangkannya kecuali jika mereka kembali kepada agama mereka (HR oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Ath-Thabrani dalam kitab al-Kabir, al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dari Abdullah bin Umar).

Ila Ayyi Syain Nad’un-Naas 3 (Bekal Perjuangan Menghadapi Masalah-Masalah Di Jalan Dakwah)

Ada sebagian yang berputus harapan dalam perjuangan Dakwah Islam lantaran fenomena ketidakmampuan umat Islam dalam kekuatan material, seraya mengatakan: Bangsa-bangsa Timur tidak akan mampu bangkit dan berpacu dengan bangsa-bangsa Barat, karena mereka tidak memiliki kekuatan fisik yang memadai untuk perjuangan mereka, seperti dana, sarana tempur, prasarana dakwah dsb. Lain halnya dengan Barat yang memiliki sejumlah kekuatan fisik dengan perkembangan teknologi yang begitu sangat canggih”.
Kita tidak dapat menyalahkan asumsi seperti itu, namun sebenarnya mereka melupakan satu hal yang lebih penting, bahwa ada kekuatan yang terpenting dalam perjuangan Dakwah Islam, yaitu kekuatan spiritual; akhlak luhur, jiwa mulia, kebenaran akidah dan ideologi, pengetahuan tinggi, tekad sekuat baja, semangat pengorbanan, kesatuan fikrah, kesetiaan rasional dan loyalitas yang proporsional, semuanya modal utama dalam perjuangan.
Seyogianya orang-orang Timur menyadari, bahwa sesungguhnya Barat telah merampas haknya dan menghancurkan hidupnya. “Jika mereka menyadari akan haknya tersebut, kemudian berusaha merubah diri sendiri, membangun kekuatan spiritual yang dahsyat dan membina keluhuran budi pekerti, niscaya sarana-sarana kekuatan fisik itu dengan sendirinya akan datang kepada mereka dari berbagai arah. Sungguh terlalu banyak lembaran sejarah yang membuktikan akan hal itu”.
Ikhwan meyakini ini sepenuhnya. Keyakinan itulah yang mendorong mereka untuk terus mensucikan hati, menguatkan jiwa dan meluhurkan budi pekerti. Keyakinan itu pulalah yang mendorong mereka untuk terus berjuang menyebarkan dakwah, memahamkan umat manusia akan hakikat misi dan ideologi yang mereka seru, kemudian menyeru umat untuk turut membersihkan jiwa dan meluruskan kehidupan mereka. Keyakinan ini bukan suatu yang dibuat-buat mereka sendiri, tetapi merupakan taujih Ilahi dalam Alquran:

(Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu merubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri) QS. Ar-Ra’d: 11 .

Betapa luhur bekal perjuangan di jalan Dakwah ini.
Memang benar, sungguh luhur dan besar bekal dan kekuatan yang harus dimiliki Ikhwan; karena masalah-masalah yang dihadapinya pun demikian membutuhkan kekuatan spiritual –utamanya- dan kekuatan fisik. Taklid buta, kerusakan hukum, penyimpangan kehidupan sosial, sikap-sikap hedonis yang telah akrab dengan masyarakat, merajalelanya isme-isme dan pemikiran destruktif yang begitu kuat mencengkram negeri ini, amburadul pendidikan, hubungan silaturahmi yang kacau; adalah sebagian dari sekian permasalahan yang dihadapi dakwah.
Akankah masalah-masalah kompleks tersebut dapat terselesaikan? Mungkinkah? Jika kita telah meyakini, bahwa masalah tersebut akan terselesaikan dan sangat mungkin, namun bilakah akan selesai?
Ya akhi, jalan ini amatlah panjang….sungguh panjang..
Para pakar ilmu sosial menyatakan, bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin, dan mimpi hari ini akan menjadi kenyataan esok hari. Siapa yang menyangka sebelumnya kalau para ilmuwan akan sampai pada penemuan penemuan dahsyat seperti yang kita saksikan sekarang. Bahkan para ilmuwan itu sebelum tidak percaya, tetapi ketika hal itu terjadi mereka semakin yakin terhadap pernyataan dalam perspektif filsafat sosial itu.
Dalam perspektif sejarah, kebangunan semua bangsa di dunia selalu bermula dari kelemahan; sesuatu yang sering membuat orang percaya bahwa kemajuan uyang mereka capai kemudian adalah sebentuk kemustahilan. Tapi di balik anggapan kemustahilan itu, sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran, keteguhan, kearifan dan ketenangan dalam melangkah, telah mengantarkan bangsa-bangsa lemah merangkak dari ketidakberdayaan menuju kejayaan.
Siapa yang bisa percaya sebelumnya, bahwa di tengah gurun pasir Jazirah Arab yang gersang dan kering kerontang itu akan memancar seberkas cahaya kearifan, dimana dengan kekuatan spiritual dan kemampuan berpolitik putra-putranya dapat menguasai semua kekuatan adidaya dunia? Siapakah yang menyangka, sosok seperti Abu Bakar yang lemah lembut itu tiba-tiba saja mengirim pasukan untuk memerangi para pembangkang, pemberontak dan kaum murtad di Yamamah. Siapa yang menyangka sosok-sosok pribadi yang dahulunya mengajar di surau-surau, tiba-tiba suaranya terdengar di seantero nusantara lewat mikrofon gedung DPR-RI.
Ikhwan fillah ……
Walau demikian hebatnya cobaan dan tantangan yang harus dihadapi, walau demikian berat beban perjuangan ini, walau demikian besar biaya persiapan bekal dakwah ini, walaupun demikian panjangnya jalan dakwah ini, namun semuanya tetap harus dijalankan, harus diyakini, bahwa tak ada jalan lain untuk membangun kejayaan umat dengan benar.
Seorang pekerja pertama kali harus bekerja menunaikan kewajibannya, baru kemudian boleh mengharap hasil kerjanya. Jika ia telah bekerja, berarti ia telah menunaikan kewajiban dan pasti kelak akan mendapat balasan dari Allah. Tak ada keraguan dalam hal ini, selagi syarat-syarat terpenuhi. Sedang masalah hasil, itu terserah kepada Allah swt. Boleh jadi peluang kemenangan itu datang tanpa terduga, sehingga ia memperoleh hasil yang sangat memuaskan dan penuh berkah. Sementara bila ia tidak bekerja, ia akan mendapat dosa karena tidak berbuat, ia juga akan kehilangan pahala jihad, dan tentu saja dia sama sekali tidak akan mendapatkan hasil di dunia.
Allah menegaskan hal itu dalam firman-Nya:
“Dan ingatlah ketika suatu umat di antara mereka berkata: Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab dengan keras? Mereka menjawab: Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa ! Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik” (QS. Al-A’raf: 164-165).

Ikhwan Fillah…
Mari kita dengarkan bersama senandung ayat-ayat Alquran yang menggema pada segenap ufuk, yang memenuhi mayapada dan tujuh susun langit, yang membisikkan dalam diri setiap mukmin makna kebanggaan dan kemuliaan tertinggi..
Sungguh Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman (al-Baqarah: 257).
Benar wahai Ikhwan, benar, itulah panggilan Allah pada kita semua. Maka kita menjawab panggilan-Nya: Ya Allah, segala puji, segala syukur yang tiada terbilang hanya untuk-Mu. Engkau dan hanya Engkaulah Pelindung orang-orang beriman, Penolong orang-orang yang berbuat kebaikan, Pembela orang-orang tertindas, yang diperangi dalam rumah-rumah mereka. Sungguh terhormatlah orang yang bersandar pada-Mu, dan niscaya menanglah orang yang berlindung di bawah perlindungan-Mu.
Karenanya, seyogianya kita tetap optimis dan yakin dengan janji-janji-Nya, serta tegar dan bersabar dalam menapaki langkah-langkah perjuangan sampai ke tujuan. Karena dengan keyakinan dan kesabaran itulah Allah akan menjadikan orang-orang beriman mampu memimpin umat manusia di dunia ini “Dan Kami jadikan dari mereka pemimpin ketika mereka bersabar dan mereka pun yakin dengan ayat-ayat Kami” QS. As-Sajdah.
Kita sandarkan semuanya kepada Allah, kita tapaki langkah-langkah ini dengan al-Islam milik-Nya:
Jangan panggil aku
Kecuali dengan seruan “Hai hamba-Nya”,
Karena itulah semulia-mulia namaku.

Islamlah ayahku,
Aku tak punya ayah selain itu
Biarlah mereka bangga dengan Qais atau Tamim

Selamat bekerja. Allah bersama kita. Wallahu a’lam

5 comments:

Anonymous said...

Greetings! Very helpful advice within this article!
It is the little changes which will make the biggest changes.

Thanks a lot for sharing!

Anonymous said...

Excellent goods from you, man. I've understand your stuff previous to and you're just extremely wonderful.
I actually like what you've acquired here, certainly like what you are saying and the way
in which you say it. You make it enjoyable and you still care
for to keep it smart. I can't wait to read far more from you.

This is really a terrific site.

Anonymous said...

It's awesome to pay a quick visit this website and reading
the views of all friends regarding this piece of writing, while I am also keen of getting experience.

Anonymous said...

I all the time emailed this weblog post page to all my associates,
for the reason that if like to read it next my contacts will too.

Anonymous said...

I take pleasure in, cause I found exactly what I used to
be looking for. You have ended my four day long hunt! God Bless you
man. Have a great day. Bye