Sebuah kisah tentang salah satu peristiwa di
hari kiamat ketika seseorang dihisab oleh Allah, ketika seseorang dihisab
tentang amalnya, ternyata orang tersebut memiliki kekurangan amal. Kemudian
Allah memerintahkannya untuk mencari tambahan amal kemanapun dia bisa. Kemudian
dia berjalan mencari orang-orang yang dia kenal. Diantara kerumunan milliaran
manusia yang pernah hidup dari jaman Nabi Adam hingga manusia yang hidup
terakhir yang menyaksikan kiamat terjadi. Setelah sekian lama mencari, dia
menemukan keluarganya yang dulu tempat dia meminta tolong. Disampaikannya bahwa
ia meminta sedikit tambahan amal agar dia selamat. Tapi semuanya menolak.
Karena mereka sendiri juga dalam perasaan takut kalau amalnya kurang nantinya.
Ya, tak ada lagi yang saling menolong. Setiap
orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Suami tak lagi mempedulikan istrinya.
Ayah dan ibu tak lagi peduli pada anaknya. Semua sibuk, tak ada lagi tolong-menolong
di kala itu.
Kemudian saya berfikir dan merenung, apa yang
bisa membuat kita tak kekurangan amal? Setelah sekian lama merenung, saya
teringat sebuah hadits :
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab
pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka jika shalatnya baik,
sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia
telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya maka Allah
ta’ala berfirman, “lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka
disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula
dengan seluruh amalnya.” (HR Tirmidzi dan Nasa’i)
Ya, PR kita yang pertama adalah urusan shalat.
Disini perhatian saya terpusat dan kembali teringat sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Mubaarak, abu Daud dan Nasa’i
“Sesungguhnya seorang hamba melaksanakan
shalat, tidaklah ditulis baginya kecuali sepersepulunya, sepersembilannya,
seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya,
sepertiganya, setengahnya.”
Ya, pasti kurang. Lalu bagaimana cara
menyempurnyakan amalan shalat kita? Alhamdulillah saya dapat beberapa cara yang
diambil dari beberapa hadits.
1. Shalat sesuai cara
Nabi
Kita tahu bahwa
manusia paling sempurna ibadahnya adalah Rasulullah. Baik shalat, maupun ibadah
yang lainnya tak disangsikan lagi kesempurnaannya. Dan Rasulullah telah
memerintahkan kepada kita agar kita melaksanakan shalat sebagaimana shalatnya
Nabi sebagaimana sabda beliau,
“shalatlah kalian, sebagaimana
kalian telah melihat ku shalat.” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Ya, itulah yang
pertama kali harus kita lakukan agar amal shalat kita sempurna. Walaupun kita
tidak dituliskan sempurna pahala shalatnya, minimal kita mendapat hampir
sempurna jika mengikuti apa yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Lalu bagaimana kita
dapat mencontoh cara Nabi shalat ? banyak sekali hadits yang meriwayatkan
bagaimana cara Nabi shalat, dari alam, hingga salam. Asal kita mau belajar dan
mengamalkannya, insyaallah bisa kita lakukan. Tak perlu ditambah-tambah, dan
tak boleh dikurang-kurang. Karena apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah
adalah cara yang paling sempurna untuk beribadah kepada Allah ta’ala.
2. Perbanyak shalat
sunnah
Dalam hadits
sebelumnya yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Nasai dari Abu Hurairah ra
telah disampaikan
“Jika berkurang
sedikit dari shalat wajibnya maka Allah ta’ala berfirman, “lihatlah apakah
hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari
shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR Tirmidzi
dan Nasa’i)
Ya, kita sempurnakan
shalat wajib dengan shalat sunnah. Disini shalat sunnah hanya penyempurna
shalat wajib. Bukan amal utama. Yang utama tetap shalat wajibnya.
Banyak sekali shalat
sunnah yang bisa kita lakukan untuk menyempurnakan shalat wajib. Ada shalat
sunnah qobliyah dan ba’diyyah, yang benar-benar mendampingi shalat wajib kita.
Yang benar-benar bampak sekali berguna sebagai penyempurna shalat wajib. Shalat
dhuha dengan keutamaan tersendiri, maupun shalat tahajud dengan keutamaannya.
Yang jadi
pertanyaan, bagaimana shalat sunnah bisa menyempurnakan shalat wajib jika
shalat wajibnya sendiri tidak dikerjakan? Tentu saja tidak mungkin. Oleh karena
itu, mari kita benar-benar mendirikan shalat wajib dan shalat sunnah sebagai
penyempurnanya.
Bahkan dari hadits
tersebut disampaikan bahwa “Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.”
Bisa kita ketahui bahwa setiap amal wajib, ada pendamping amalan sunnahnya. Misal
puasa ramadhan, ada banyak puasa sunnah lainnya. Zakat, ada sedekah dan
infaknya. Haji ada umroh sebagai sunnahnya.
Oleh karena itu,
mari kita senantiasa melaksanakan yang wajib sebaik mungkin dan melaksanakan
yang sunnah sebagai penyempurnanya.
3. Ajak orang lain
melaksanakan shalat
Salah satu cara
untuk mendapat pahala amal dengan cepat adalah dengan berdakwah mengajak orang
lain mengerjakan shalat. Ingatkah kita akan hadits “barangsiapa yang
menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang
yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)
Dengan mengajak, dan
jika yang kita ajak mau melaksanakannya maka kita bisa mendapat pahala shalat
dari orang yang kita ajak. Sementara kita sendiri mendapat pahala dari ibadah
yang kita lakukan. Coba kalau kita berhasil mengajak banyak orang dan orang
yang kita ajak bersedia melaksanakan shalat. Berapa banyak pahala shalat yang
kita dapatkan?
Tapi bagaimana jika
kita mengajak orang melaksanakan shalat tapi kita sendiri tidak melaksanakannya
?
Untuk orang yang
demikian, Allah yang langsung menyampaikannya di dalam al Qur’an
“Mengapa kamu suruh
orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu
sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al Baqarah : 44)
Dalam ayat lain,
Allah berfirman
“Hai orang-orang
yang beriman! mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat ? (itu)
sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan. (QS. Ash Shaff :
2-3)
Ayat di atas
menunjukkan betapa dibencinya orang yang mengajak kebaikan, namun dirinya sendiri
tidak mengerjakannya. Bahkan hal itu sangatlah di benci oleh Allah. Kalau kita
sudah dibenci Alah, lalu apa yang bisa kita lakukan ?
Semoga kita tidaklah
termasuk orang yang demikian. Aamiiin ya Rabbal’alamin
4. Ajarkan orang lain
melakukan shalat
Ketika kita berilmu
walaupun sedikit, maka ajarkanlah ilmu kita kepada orang lain. Kenapa demikian
? ingatkah kita akan sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
“Sesungguhnya jika
anak adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Shalat merupakan
salah satu ilmu yang bermanfaat. Kita bisa melihat betapa banyak orang yang
mengerjakan shalat tapi dia tak tahu bagaimana rukun dan bacaan shalat. Oleh
karena itu, bagi kita yang diberi nikmat oleh Allah berupa pengetahuan tentang
bagaimana shalat dan bacaannya, hendaknya mengajarkannya kepada orang lain yang
belum mengetahuinya. Karena shalat merupakan sebuah amalan yang wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim seumur hidupnya dan bagaimanapun keadaannya.
Jadi ketika seseorang mengerjakan apa yang kita ajarkan, maka kita juga akan
mendapatkan pahala yang serupa selama ilmu yang kita ajarkan diamalkan oleh
siapapun.
Sungguh beruntung
orang tua yang mengajarkan anaknya untuk shalat. Sungguh beruntung para
ustadz-ustadzah serta para guru yang mengajarkan santri-santrinya dan
murid-muridnya bagaimana seharusnya mengerjakan shalat. Karena pahala shalat
terus mengalir kepadanya sementara dia juga mengerjakan hal yang serupa.
Semoga pemaparan singkat ini mampu memberi
kebaikan, hidayah dan menjadi amal shaleh bagi kita semua.
سبحانك
اللهم وبحمدك اشهدانل لاأله الاانت أستغفرك وأتوب أليك
Maha suci Engkau ya Allah dan segala puji
bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku mohon ampun dan
bertaubat kepada-MU.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1150394414051160"
crossorigin="anonymous"></script>
No comments:
Post a Comment