Mungkin Anda sudah tahu bahwa tawakkal adalah salah satu amalan pembuka pintu rezeki.
Tetapi bagaimana cara bertawakkal dalam ajaran Islam agar tawakkal yang
kita lakukan benar-benar dapat melapangkan rezeki? Nah itu mungkin yang
Anda ingin tahu.
Sebelumnya mungkin Anda sudah pernah membaca hadis berikut :
Dari Umar bin Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika
kamu tawakal kepada Allah dengan ketawakalan yang sungguh-sungguh, maka
Allah akan memberikan rezeki kepadamu seperti Allah memberikan rezeki
kepada burung, pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang dalam
keadaan kenyang.” (Hadis riwayat Tirmidzi)
Hadis ini sering sekali dipakai para ulama untuk menjelaskan keutamaan tawakal.
Lanjutan dari hadis tersebut ada pada sabda Rasullullah SAW pada hadis yang lain :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Akan masuk surga orang-orang yang hati mereka seperti hati burung” (Hadis riwayat Muslim)
Orang-orang yang bertawakallah yang dimaksud hati mereka seperti hati burung.
Lalu ada beberapa hadis lain yang berkenaan dengan salah satu kunci rezeki ini. Diantaranya adalah :
"Barangsiapa yang kelaparan atau sedang membutuhkan, lalu ia
menyembunyikan hal itu dari manusia hingga Ia menyampaikannya kepada
Allah Azza Wa Jalla, maka Allah akan membukakan untuknya rezeki setahun
yang halal." (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi)
"Barangsiapa yang diuji dengan kefakiran, lalu ia mengeluhkannya
kepada manusia, maka kefakirannya tak akan tertutupi. Dan barangsiapa
yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan mempercepat
kekayaannya, adakalanya dengan kematian yang cepat (yang menyebabkan ia
memperoleh warisan) atau kekayaan yang cepat." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al Hakim)
Dalil diatas bahkan secara tegas memberitahukan agar hendaknya para
hamba Allah itu menyerahkan urusan hanya kepada Allah saja dan bukan
kepada selain Allah termasuk kepada manusia. Dimana Allah berjanji jika
urusan tersebut diserahkan kepada Allah maka hamba Allah tersebut akan
mendapatkan pertolongan yang selama ini ia dambakan.
Lalu bagaimana cara bertawakkal yang benar, yang dapat melapangkan rezeki selayaknya burung yang disebutkan dalam hadis?
Imam Ahmad memberikan penjelasan mengenai hal ini. Beliau
berkata,"Ketahuilah saudaraku, terbang itu adalah kata lain dari usaha
keras (ikhtiar). Jika kita ingin mendapatkan rezeki dari Allah, maka
kita harus ikhtiar (terbang) secara sungguh-sungguh layaknya
burung-burung itu. Dan setelah ikhtiar sungguh-sungguh, hasilnya Allah
akan menganugerahi kita rezeki yang melimpah, seperti burung yang lapar
pada pagi hari namun pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. Itulah
makna dan hakikat tawakkal yang sesungguhnya.
Jadi walaupun tawakal itu artinya adalah menyerahkan urusan kepada
Allah. Namun tidak sama halnya seperti kita menyerahkan urusan kepada
manusia. Jika kita menyerahkan urusan kepada manusia, maka urusan
tersebut ya dikerjakan sepenuhnya kepada orang yang kita pasrahi tugas,
kita sama sekali tidak turut campur, pokoknya tahu beres. Namun jika
yang kita pasrahi urusan adalah Allah, maka beda ceritanya. Ketika
urusan tersebut kita serahkan kepada Allah, maka Allah akan menerima
urusan kita dan akan membantu selesainya urusan tersebut. Namun kita
diminta untuk berikhtiar dalam menjemput bantuan Allah tersebut. Oleh
karenanya bertawakal itu bukan berarti kita meninggalkan ikhtiar, justru
dengan bertawakal kita harus menjemput pertolongan Allah dengan
berikhtiar.
Imam Ahmad memahami makna tawakkal dengan pemahaman seperti di atas.
Bahkan ketika pada suatu kesempatan beliau ditanya salah satu muridnya
mengenai tawakkal. Murid tersebut bertanya kepada beliau,"Wahai Syeikh,
seperti apa kita harus berikhtiar? Dan sampai batas apa ikhtiar tersebut
kita lakukan?". Imam Ahmad tidak menjawab dengan kata-kata pertanyaan
tersebut, tetapi beliau mengajak para muridnya untuk pergi ke sebuah
lapangan yang cukup luas. Di lapangan itu Imam Ahmad berkata,"Jawabannya
adalah dengan mengelilingi lapangan ini, sekarang mari kita semua
berlari mengelilingi lapangan ini." Para murid tersebut heran dengan
kata-kata sang Imam, namun mereka tetap mengikuti beliau berlari
berkeliling lapangan tanpa henti, sampai satu persatu para murid beliau
berhenti karena kelelahan hingga tinggal menyisakan Imam Ahmad seorang
yang tetap berlari mengelilingi lapangan tersebut. Beliau terus berlari
hingga kepayahan dan kelelahan, namun beliau terus berlari hingga
staminanya benar-benar terkuras. Hingga akhirnya setelah staminanya
benar-benar habis beliau akhirnya tersungkur jatuh dari larinya dan
pingsan. Para muridnya lalu membawa tubuh beliau dan mengistirahatkan
beliau hingga beliau siuman. Ketika beliau benar-benar siuman, beliau
berkata,"Ketika kita bertawakkal, seperti inilah ikhtiar yang musti kita
lakukan, sampai batas inilah ikhtiar yang harus kalian lakukan."
Apa yang dilakukan oleh Imam Ahmad ratusan tahun silam mirip dengan konsep Mestakung yang dipaparkan oleh Prof. Yohanes Surya. Entah bagaimana Imam Ahmad kok sampai bisa tahu hukum fisika Mestakung yang muncul di abad 20 ini. Ulama terdahulu memang beda kaliber keilmuannya dibanding ulama zaman sekarang.
Apa itu Mestakung?
Mestakung singkatan dari seMESTA menduKUNG merupakan hukum alam
dimana ketika suatu individu atau kelompok berada pada kondisi kritis
maka semesta (dalam hal ini sel-sel tubuh, lingkungan dan segala sesuatu
disekitar dia) akan melakukan proses pengaturan diri (self organizing)
untuk membantu dia keluar dari kondisi kritis.
Dalam konsep Fisika dijelaskan. Kondisi air mendidih di suhu 100
drajat celcius, air masih belum menunjukkan perubahan apapun, tetapi
ketika suhu air mencapai 34 drajat celcius. Terjadilah keanehan. Air
membentuk kondisi kritis, yaitu memiliki 2 wujud cair dan gas secara
bersamaan. Pada kondisi ini, ketika suhu air dinaikkan sedikit saja,
terjadilah proses pengaturan diri dalam molekul-molekul tersebut.
Seluruh molekul air mengatur drnya secara serentak mengubah wujud air
menjadi uap air (hal 24-25)
Yohanes Surya mengatakan, ketika kita melakukan usaha sangat keras atau usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan keinginan kita, alam semesta akan bekerja membantu kita. Menurut beliau, ini sesuai dengan hukum fisika. Jadi, ketika kita melakukan usaha keras dan sungguh-sungguh, maka alam semesta akan membantu kita, dengan kata lain, kita mengalami Mestakung.
Point Inti dari hukum alam MESTAKUNG menurut Prof. Yohanes Surya adalah :
Ada 3 hukum Mestakung yaitu KRILANGKUN
1. Menempatkan diri dalam kondisi KRItis
Contoh kasus :
Ada kisah nyata, orang yang dikejar oleh seekor anjing. Lalu orang tersebut refleks langsung berlari sekencang mungkin. Inilah saat dia berada pada kondisi kritis. Dan keanehan pun terjadi, ketika dia masuk di gang buntu, mendadak dia bisa melompat pagar yang tingginya sekitar 2 meter. Dalam kondisi ketakutan, orang itu lari mati-matian (usahanya keras sekali) dan ketika kondisi sudah kritis, secara serentak sel‐sel tubuh mengatur diri (bermestakung) menghasilkan energi ekstra yang mengakibatkan orang itu dapat berlari lebih kencang bahkan mampu melompati pagar tinggi. Padahal dalam kondisi biasa, belum tentu orang itu bisa berlari sekencang itu apalagi melompati pagar setinggi 2 meter..
Nah sekarang bagaimana kalau kita mau sukses dalam urusan finansial? Teruslah berusaha, pokoknya berusaha saja, sekeras mungkin, segiat mungkin, buat diri kita memasuki kondisi kritis, agar terjadi mestakung. Seperti yang dilakukan Imam Ahmad, menunjukkan tawakkal itu mengandung konsep mestakung.
2. meLANGkah
"Ketika Seorang melangkah, ia akan melihat jalan keluar”
Ketika Anda sudah berada pada kondisi kritis. Anda harus tetap melangkah. Kalau Anda tidak melangkah Anda akan binasa oleh kondisi kritis itu. Seorang yang dikejar anjing galak (berada pada kondisi kritis) akan binasa jika ia tidak melangkah (lari). Mestakung tidak akan bekerja jika ia diam saja. Ketika kita melangkah itu, kita melihat jalan keluar terbuka.
Tetap berusaha dan terus berusaha sampai usaha terkeras yang bisa kita lakukan. Hukum alam Mestakung akan menjamin alam semesta melakukan proses self organizing atau mengatur dirinya untuk membantu Anda keluar dari kondisi kritis dan mewujudkan keinginan Anda.
3. teKUN
"Ketika seorang tekun melangkah ia akan mengalami mestakung"
Ketika kita tekun melangkah itulah Mestakung akan bekerja habis-habisan untuk kita. Ketekunan dan konsistensi kita dalam melangkah akan merangsang mestakung sehingga apa pun yang menjadi tujuan kita, akan kita peroleh.
Sebenarnya konsep tawakkal yang bisa melapangkan rezeki itu adalah sesederhana itu.
Berawal dari keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah lah Maha Pemberi Rezeki :
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan
bumi?” (QS. Fathir: 3)
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi
Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isra’: 30)
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
Imam Al-qusyairi berkata,"Barangsiapa yang mengetahui bahwa Allah adalah
Maha Pemberi Rezeki, maka ia akan menjadikan Allah sebagai satu-satunya
Zat yang dituju, lalu ia akan berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah
dengan selalu bertawakkal kepada-Nya.". Seperti perintah Allah dalam
firman-Nya :
“Dan jika kamu sudah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (Q.s Al-Imrân:159).
“Jika kamu ditolong oleh Allah, maka tidak akan ada yang mampu
mengalahkan dan menghinakan kamu. Maka, siapakah yang dapat menolong
kamu setelah (pertolongan) Allah? Dan kepada Allahlah orang-orang yang
beriman hendaknya bertawakkal.” (Q.s. Ali Imrân: 160).
Jadi saat kita mengetahui bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki, dan
Dia-lah yang menentukan dan mengatur rezeki tiap-tiap makhluknya, maka
saat kita membutuhkan rezeki maka Dia-lah satu-satunya yang perlu kita
tuju.
Saat kita sedang membutuhkan rezeki, maka Allah perintahkan kita untuk
bertawakkal. Artinya Allah ambil alih urusan kita dalam usaha mencari
rezeki, Dia akan melapangkan rezeki kita, Dia akan menyiapkan
pertolongan untuk kita, tapi pertolongan yang dijamin oleh Allah itu
tidaklah diberikan secara cuma-cuma, perlu ikhtiar agar Allah berkenan
menyerahkan pertolongan dan rezeki itu kepada kita.
Ada kalanya ikhtiar yang harus kita lakukan itu sangat berat,
membutuhkan waktu yang lama, jalan yang terjal dan penuh lika-liku,
serta perlu perjuangan yang melelahkan hanya agar dinilai layak oleh
Allah. Itulah sebabnya wujud pertolongan dan jalan rezeki setiap orang
yang bertawakkal kepada Allah itu berbeda-beda dan tidaklah sama satu
sama lain.
Sekali lagi konsep tawakkal untuk melapangkan rezeki itu sederhana.
Anda Punya Keinginan / Hajat => Hati Kita Bertawakkal Kepada Allah
=> Ikhtiar Habis-Habisan => Mestakung terjadi => Hajat
Tercapai.
Sesimpel itulah konsepnya.
Yang berat itu proses saat menjalaninya.
Ada kalanya prosesnya itu berat bukan kepalang.
Tapi itulah cara yang diminta oleh Rabb kita.
Yang kita perlukan adalah sabar dalam menjalani prosesnya.
Dan selalu ingat bahwa di ujung proses itu ada pertolongan Allah.
sumber : http://ayat1000dinar.blogspot.com
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1150394414051160"
crossorigin="anonymous"></script>